Ahad 05 Sep 2021 22:34 WIB

Umat Islam Punya Peran Penting Menuju Herd Immunity

Tingkat transaksi digital sangat tinggi di masa pandemi mencapai 400 persen per bulan

Dirjen IKP Kominfo, Usman Kansong
Foto: Istimewa
Dirjen IKP Kominfo, Usman Kansong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerjasma dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan kegiatan “Literasi Pandemi dan Pemulihan Ekonomi di Kalangan Milenial Muslim”, Sabtu (4/9).

Kegiatan ini ditujukan untuk memompa semangat kebersamaan masyarakat khususnya umat islam di Indonesia untuk aktif membangun perekonomian Indonesia di tengah pandemic Covid-19. Kerjasama MUI-Kominfo ini merupakan upaya bahu membahu antara lembaga pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan literasi pandemi.

Webinar yang dikerjasamakan akan dilaksanakan sebanyak 20 seri dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat, dengan harapan terjadi peningkatan literasi pandemi ini di masyarakat luas.

Adapun peserta kali ini terdiri dari perwakilan dari ormas kepemudaan islam, pers mahasiswa, remaja mesjid dan komisi informasi dan komunikasi MUI sejabotabek.

Dirjen IKP Kominfo, Usman Kansong menjelaskan diperlukan adanya rasa kebersamaan dari setiap kalangan agar pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan secara agresif. Salah satu upaya pemulihan ekonomi adalah dengan pelaksanaan vaksin agar segera tercapai herd immunity, sehingga perlahan ekonomi bangsa bisa meningkat.

“Misalnya Fatwa MUI dianggap punya peran penting dalam menyukseskan program vaksinasi. Pandemi bisa jadi masih akan berlangsung lama, kita meski bersiap melakoni kehidupan tatanan hidup baru. Pemerintah memerlukan peran tokoh-tokoh agama, alim ulama, tokoh masyarakat, untuk mengajak masyarakat tetap memakai masker dan segera divaksinasi,” kata Usman dalam rilisnya, Ahad (5/9).

Salah satu upaya lainnya memacu pertumbuhan ekonomi adalah dengan memanfaatkan teknologi atau lebih dikenal dengan ekonomi digital. Usman menambahkan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat kebiasaan masyarakat  berubah mengikuti perkembangan zaman.

Tingkat transaksi digital sangat tinggi di masa pandemi, mencapai 400 persen per bulan. Ia mengajak seluruh kalangan masyarakat dapat memanfaatkan momentum ini untuk memulihkan kesejahteraan masyarakat.

Sementara, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Miftachul Akhyar menuturkan pandemi telah melahirkan budaya baru dalam tata kelola kehidupan. Ia menegaskan MUI mendukung setiap langkah pemerintah dalam situasi darurat penanganan pandemi Covid-19.

“Sebagai bagian dari entitas bangsa Indonesia, MUI turut mendukung pemerintah dalam merespons situasi penanganan pandemi. Bentuk dukungan nyata, MUI meluncurkan Gerakan Nasional Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional,” ujarnya.

Terkait kontribusi menangani Pandemi Covid 19, setidaknya ada 12 Fatwa yang dikeluarkan oleh MUI antara lain tentang jenis vaksin yang akan disuntikkan kepada ummat sampai kepada tata aturan peribadatan, seperti ibadah shalat id, Shalat Mayit Covid 19, dan lainnya.

Untuk meningkatkan literasi pandemic, yang dilakukan MUI telah mengeluarkan fatwa bermuamalah di media sosial. Fatwa lainnya terkait pemulihan ekonomi juga dikeluarkan MUI melalui Dewan Syariah Nasional.

Di lain pihak, Pendiri Drone Emprit/Waka Komisi Infokom MUI, Ismail Fahmi mengkhawatirkan penyebaran hoaks terkait Covid-19 yang masih terus mewabah di media sosial, khususnya Whatsapp Group (WAG).

Menurutnya, banyak orang tua yang tidak memiliki kemampuan memverifikasi berita-berita hoaks di WAG. Oleh karenanya ia menyarankan agar generasi muda membantu para orang tua untuk tabayyun dan memberikan informasi yang verified.

“Berikan mereka (orang tua) informasi yang benar, yang verified berdasarkan media mainstream karena terdapat banyak sekali konten propaganda, hoaks, hate speech di media sosial. Prinsipnya,  saring sebelum sharing,” kata Ismail.

Pemapar terakhir, Ketua  STMIK Bandung/Solmit Group, Abdurrahman Syahrawi mengingatkan umat islam agar dapat memanfaatkan jejaring internet untuk berkiprah dibanyak bidang, khususnya bidang ekonomi untuk pembangunan umat.

“Di era industri 4.0, kolaborasi antar penggunaan digital dengan aktivitas manusia sudah mempengahuri disiplin aktivitas keilmuan manusia. Umat Islam harus berbuat banyak untuk bergerak progresif di sektor ekonomi, meningkatkan produktivitas di era digital. Ini menjadi challenge umat islam,” kata Syahrawi.

Pihaknya telah membantu agar pesantren maupun mesjid mendorong pemerdayaan umat, seperti berbelanja di mesjid atau pesantren sebagai sentra ekonomi.  Masyarakat sekitar juga harus disadarkan berbelanjalah di sentra tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement