Ahad 05 Sep 2021 11:39 WIB

Pencipta Sholawat Badar Diganjar 'Jer Basuki Mawa Beya Emas'

Pemprov mengusulkan karya KH Ali Manshur Shiddiq sebagai warisan budaya tak benda.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan penghargaan berupa piagam dan lencana tanda kehormatan Jer Basuki Mawa Beya Emas kepada KH. Ali Manshur Shiddiq, sebagai pencipta syair Sholawat Badar. Pemberian penghargaan bertepatan dengan Haul ke 51 KH. Ali Manshur Shiddiq pada 3 September 2021.

Khofifah menjelaskan, Sholawat Badar ini diciptakan KH. Ali Manshur Shiddiq pada 1962 pascadekrit 1959 dan jelang meletusnya Gestapu di 1965. Dimana pada tahun tersebut situasi politik di Indonesia sedang tidak menentu. Pada peristiwa itu, Sholawat Badar sering dikumandangkan.

Tak hanya itu, kata Khofifah, pada 1998, di saat Indonesia mengalami krisis moneter yang cukup dalam, media elektronik termasuk televisi dan radio-radio juga ramai mengumandangkan Sholawat Badar. Begitu juga dengan para pekerja di perkantoran sudah secara reflek mengumandangkan Sholawat Badar. 

"Pada saat negara ini mengalami krisis moneter yang sangat dalam tahun 98-99, rasanya peneduh dan penenang dari suasana yang secara ekonomis kita mengalami krisis yang sangat dalam, adalah lantunan dari Sholawat Badar," kata Khofifah melalui siaran tertulis yang diterima Ahad (5/9).

Sholawat Badar, kata Khofifah, juga merupakan sholawat penyemangat bagi kader NU yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Syair-syair dan doa yang ada pada Sholawat tersebut dapat mendorong kegigihan perjuangan pada saat itu sembari mengharap syafaat Nabi Muhammad dan berkah dari Allah SWT. 

"Melalui Sholawat Badar ini pula, semangat perjuangan para santri dan kaum Nahdliyin dapat dikobarkan. Karena selama berjuang melawan pemberontakan waktu itu Sholawat inilah yang selalu dibaca," ujar Khofifah.

Khofifah menambahkan, atas karya masterpiece dan kepeloporan perjuangan KH. Ali Manshur Shiddiq itu, KH. Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Umum PBNU juga pernah memberi penghargaan Bintang NU pada Muktamar ke-29 NU di PP Krapyak Yogyakarta, pada 1989. Kemudian juga dikuatkan dengan Penghargaan Bidang Kebudayaan yang diberikan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam Peringatan Harlah ke-92 NU pada 31 Januari 2018.

"Beliau adalah putra daerah asal Jatim yang punya reputasi internasional melalui Syair Sholawat Badar, sehingga penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi dari Pemprov Jatim kepada beliau," kata dia. 

Khofifah melanjutkan, Pemprov Jatim melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim juga akan segera mengusulkan hasil karya KH. Ali Manshur Shiddiq ini sebagai warisan budaya tak benda ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. KH. Ali Manshur Shiddiq pernah tinggal di beberapa tempat yang berbeda di Jatim. Di ataranya Tuban, Banyuwangi, dan Mojokerto. 

"Ini semata-mata bentuk rasa terima kasih tak terhingga dari Pemerintah. Sebab, Shalawat ini merupakan sesuatu yang bisa menjadi bagian dari penyejuk dan penyiram kedamaian di saat bangsa ini mengalami kegelisahan," kata dia.

Khofifah berharap, semua pihak meneladani perjuangan beliau. Ini penting, sebab perjuangan tidak harus dengan mengangkat senjata, tapi juga bisa dilakukan melalui syair lagu atau apapun yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap bangsa dan negara. 

Gus Saiful Ali Mansur, perwakilan dari keluarga menyampaikan, penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Meskipun sebelumnya juga sudah mendapatkan penghormatan dari PBNU dan lain sebagainya.

Menurutnya, ketika pemerintah memberikan penghormatan ini adalah bentuk dukungan resmi kepada kebudayaan ataupun kepada nilai-nilai sholawat yang digunakan untuk memperjuangkan bangsa. "Kami mewakili keluarga mengucapkan terima kasih," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement