Jumat 03 Sep 2021 16:50 WIB

Taliban, Turki Hingga AS Bantu Evakuasi WNI dari Afghanistan

Kemenlu mengungkapkan berbagai tantangan dalam proses evakuasi WNI dari Afghanistan

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bayu Hermawan
Petugas kesehatan berjalan menuju pesawat untuk memeriksa kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Afghanistan saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma.
Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pras.
Petugas kesehatan berjalan menuju pesawat untuk memeriksa kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Afghanistan saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Abdul Qadir Jaelani, mengungkapkan 'tegangnya' proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Afghanistan. Ia mengatakan, proses evakuasi melalui berbagai tantangan karena dilakukan saat Afghanistan dalam kondisi mencekam.

Abdul Qadir Jaelani mengakui, evakuasi WNI dari Afghanistan jadi salah satu yang paling rumit dan penuh komplikasi yang pernah dialaminya. Ia memuji bantuan negara asing hingga evakuasi WNI dapat terjadi.

Baca Juga

"Diplomasi jadi kunci berhasilan evakuasi WNI. Kami apresiasi bantuan negara asing hingga usaha kami berhasil diantaranya Turki, Pakistan, Amerika karena ada resiko ancaman keamanan dan komplikasinya banyak," kata Abdul dalam webinar Center for Dialogue and Cooperation between Civilizations (CDCC) pada Jumat (3/9).

Abdul mengatakan tim evakuasi harus amat berhati-hati karena kekhawatiran jaminan keamanan disana. Ia juga menyinggung rumitnya memperoleh izin mendarat bagi pesawat evakuasi WNI.

"Tingginya tingkat ketidakpastian soal landing permit (izin mendarat). Harus pakai pesawat militer karena akses pesawat sipil ditutup Afghanistan. Bandara Kabul dikuasai NATO dan Turki," ujar Abdul.

Setelah proses diplomasi, Abdul menceritakan tim evakuasi akhirnya dapat izin mendarat setelah menunggu semalaman di Islamabad, Pakistan. Namun tiba-tiba izin dibatalkan sesaat pasawat baru saja akan terbang. 

"Kami langsung pakai channel diplomasi terutama Turki biar segera dapat landing permit lagi," ucap Abdul.

Masalah tak berhenti setelah mendapat izin mendarat. Menjamin keamanan sepanjang evakuasi menjadi masalah berikutnya. Sebab Kemlu memantau suasana bandara dalam kondisi chaos. Siapapun yang mendekat kesana harus dapat izin keamanan NATO.

Kemlu bisa menemukan solusi atas keamanan evakuasi karena pernah berkomunikasi dengan Taliban. Pihak Kemlu meminta Taliban memudahkan proses evakuasi sekaligus memberi pengamanan.

"Kita minta Taliban permudah izin dan disetujui. Mereka kawal KBRI. Taliban membantu WNI dari KBRI ke bandara," sebut Abdul.

Walau mendapat bantuan Taliban, tak membuat evakuasi semudah membalikkan telapak tangan. Evakuasi tetap dilakukan secara hati-hati.

"Harusnya ke bandara hanya 25 menit tapi jadi 5 jam saat dini hari karena kondisi kota Kabul. 26 WNI akhirnya berhasil dievakuadi karena gunakan instrumen diplomasi secara efektif," tutur Abdul.

Berkat kerjasama banyak pihak, rombongan tim evakuasi beserta 26 WNI akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara Halim Perdana Kusuma pada Sabtu (21/8) pagi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement