Jumat 03 Sep 2021 06:23 WIB

Rel Trem Zaman Kolonial Ditemukan di Lokasi Proyek MRT

Sisa rel trem jakarta ditemukan.

Trem di kawasan Jakarta kota tempo dulu yang mesih menggunakan penarik kuda.
Foto: gahetna.nl
Trem di kawasan Jakarta kota tempo dulu yang mesih menggunakan penarik kuda.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kisah adanya trem sekelas Eropa di ibu kota ternyata memang bukan isapan jempol. Jejak angkutan trem di ibu kota yang menghilang sejak dekade 1960 kini telah ditemukan. Dan tinggalan jejak itu salah satunya adalah pada ditemukannya lokasi bekas trem tersebut.

Beberapa hari lalu, PT MRT Jakarta (Perseroda) menemukan rel trem di lokasi pembangunan MRT Fase 2 di kawasan Kota Tua, Jakarta. Rel tersebut berada di sekitar area Museum Bank Mandiri.

“Sekitar dua hari lalu ditemukan. Untuk keterangan sementara ini penemuannya tidak sengaja,” kata Plt Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta (Perseroda) Ahmad Pratomo, kepada Republika.co.id, Kamis (2/9).

Namun, sampai saat ini PT MRT Jakarta belum memberikan detail penjelasan terkait penemuan tersebut. Ahmad mengatakan berdasarkan dari informasi terakhir yang diperoleh dari tim kontruksi, masih dalam pembahasan dengan tim ahli cagar budaya dan selanjutnya dengan dinas kebudayaan.

“Sementara ini kami belum bisa memberi informasi lebih detail karena masih menunggu hasil pembahasan tersebut, diperlukan waktu untuk meneliti dugaan obyek cagar budaya,” ujar dia.

Dosen Program Studi Belanda Universitas Indonesia, Achmad Sunjayadi, mengatakan penemuan ini sebaiknya diteliti oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), dan akademisi.

“Sebaiknya ditelitik oleh Pemprov DKI Jakarta, BPCB, dan akademisi. Siapa yang tahu dapat menjadi situs wisata atau objek wisata di Jakarta,” ujar dia.

Achmad menjelaskan, sejak dulu, masyarakat di DKI Jakarta mengalami berbagai perubahan moda transportasi. Saat zaman kolonial, mereka menggunakan sado, delman, bendi, dokar atau kuda yang dikelola oleh Bataviasche Tramweg Maatschappij. Namun, seiring berjalannya waktu, moda transportasi itu berkembang karena adanya teknologi mesin uap di Eropa yang berimbas pada daerah koloni.

Pada tahun 1880-an, muncul trem uap yang dimiliki perusahaan Stoomtram Maatschappij. Kemudian pada akhir 1890-an, muncul trem listrik yang dikelola Electrische Tram Maatschappij. Achmad menyebut, untuk karcis trem di Batavia dijual sesuai kelas.

“Untuk trem di Batavia, siapa pun asalkan mempunyai uang bisa naik tapi berdasarkan kelas. Kelas I untuk orang Belanda atau Eropa, kelas II untuk orang Arab dan Tionghoa, dan kelas III untuk pribumi,” ucap dia.

Selain itu, rute tremnya pun tidak jauh hingga keluar kota. Rutenya hanya ada di Jakarta dari Tanjung Priok hingga Kampung Melayu. Trem listrik hanya bertahan sampai sekitar tahun 1956 hingga 1957. Pada tahun 1942, trem itu diambil-alih oleh tentara Jepang.

“Setelah Proklamasi trem listrik diambil-alih Indonesia dengan nama Trem Djakarta-Kota. Tahun 1957 ada nasionalisasi perusahaan-perushaan sehingga menjadi Pengangkutan Penumpang Djakarta,” tambahnya.

Dilansir situs Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD), Bataviach Elektrische Tram Maatschappij dinasionalkan dan dikuasai oleh negara berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1954. Sebagai tindak lanjut nasionalisasi tersebut, dengan akte notaris Mr. Raden Suwandi No. 76 tanggal 30 Juni 1954 dan No.82 tanggal 21 Desember 1954, Bataviach Elektrische Tram Maatschappij diubah bentuk hukumnya menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan nama Perusahan Pengangkutan Djakarta. n Meiliza Laveda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement