Kamis 02 Sep 2021 17:19 WIB

AS Buka Potensi Kerja Sama dengan Taliban untuk Lawan ISIS

ISIS mengeklaim bertanggung jawab atas serangan di bandara Kabul, Afghanistan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Pejuang pasukan khusus Taliban tiba di dalam Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkan landasan pacu , menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.
Foto: AP/Khwaja Tawfiq Sediqi
Pejuang pasukan khusus Taliban tiba di dalam Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkan landasan pacu , menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) berpotensi membuka kerja sama dan koordinasi dengan Taliban dalam memerangi Negara Islam Irak dan Suriah Khurasan (ISIS-K) dan kelompok teror lainnya di Afghanistan. Kemungkinan penjajakan kerja sama tersebut diungkapkan oleh Kepala Staf Gabungan Jenderal Angkatan Darat AS Mark Milley.

"(Kerja sama) itu mungkin," ujar Milley ketika ditanya apakah AS bakal bekerja sama dengan Taliban melawan ISIS-K, dalam konferensi pers, dikutip laman The Guardian, Kamis (2/9).

Baca Juga

"Dalam perang, Anda melakukan apa yang harus Anda lakukan untuk mengurangi risiko misi dan kekuatan, bukan apa yang ingin Anda lakukan," ujarnya menambahkan.

Namun Demikian, Milley tidak merinci bagaimana kerja sama tersebut terjalin. Konferensi persnya berfokus pada penghormatan anggota militer AS yang baru kembali dari negara perang tersebut setelah dua dekade.

Setelah AS tuntas menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan, hubungan AS dan Taliban adalah salah satu masalah utama yang harus diselesaikan. Petinggi militer AS telah berkoordinasi dengan komandan Taliban setiap hari di luar bandara internasional Kabul selama tiga pekan terakhir untuk memfasilitasi evakuasi lebih dari 124 ribu orang, meski hal itu adalah masalah kenyamanan bagi kedua belah pihak.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan dirinya tidak ingin membuat prediksi apapun soal kerja sama dengan Taliban melawan ISIS-K, yang terlibat dalam pengeboman di saat-saat terakhir evakuasi AS dari Kabul. "Apakah mereka berubah atau tidak masih harus dilihat. Saya tidak akan membuat lompatan logika ke masalah yang lebih luas," kata Austin.

ISIS-K mengeklaim bertanggung jawab atas pengeboman bunuh diri pada 23 Agustus di dekat bandara internasional Kabul. Serangan ISIS-K menewaskan 170 warga Afghanistan dan 13 anggota militer AS. Presiden AS Joe Biden mencatat bahwa Taliban kini diakui sebagai musuh dari ISIS-K. Hal ini menunjukkan kepentingan bersama Taliban dengan AS dalam memerangi kelompok teror afiliasi ISIS tersebut.

Biden bersumpah untuk membalas ISIS-K atas pengeboman dekat bandara Kabul beberapa waktu lalu. PAda Sabtu, militer AS melakukan serangan pesawat tak berawak yang dilaporkan membunuh dua dalang ISIS-K. "Kepada ISIS-K, kami belum selesai dengan Anda," kata Biden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement