Kamis 02 Sep 2021 14:58 WIB

TPNPB-OPM: Perang Pembebasan Papua tak akan Berhenti

Aksi penyerangan Pos Koramil di Maybrat akan berlanjut di seluruh wilayah Papua.

Rep: Flori Sidebang/Antara/ Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom
Foto: Dok pribadi
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom mengatakan, perang pembebasan nasional Papua tidak akan berhenti menyusul penyerangan Pos Koramil di Kampung Kisor, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, Kamis (2/9) dini hari. Aksi serupa akan berlanjut di seluruh wilayah Papua. 

"Di semua Kodap (Komando Daerah Pertahanan) kapan saja perang akan mulai," kata Sebby dalam rekaman suara yang diterima Republika, Kamis (2/9).

Baca Juga

Sebby menyebut, TPNPB-OPM bertanggung jawab atas penyerangan di Maybrat yang menewaskan sejumlah anggota TNI tersebut. "Panglima Kodap 4 Sorong Raya TPNPB-OPM bertanggung jawab atas penyerangan ini dan ini adalah pembebasan nasional Papua Barat yang dilakukan oleh pimpinan dan pasukan TPN di seluruh tanah Papua di bawah Komando Nasional Panglima Jenderal Goliath Tabuni," kata dia.

Karena itu, Sebby meminta kepada Pemerintah Indonesia agar tidak lagi melakukan operasi militer di wilayah-wilayah permukiman masyarakat sipil untuk mengejar TPNPB. "Tapi cari TPNPB di markas-markas dan perang di sana. TPNPB siap, TPNPB tidak punya senjata, tapi siap dengan alat juga bisa lawan dengan TNI-Polri," jelas dia.

"Kami yang punya tanah, kami yang punya alam, kami yang punya hutan bukan Indonesia," imbuhnya.

Selain itu, Sebby juga mendorong agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera bertemu dan berunding dengan TPNPB-OPM. Sebab, ia mengingatkan, aksi penyerangan masih akan terus berlanjut.

"Itu (perundingan dengan Presiden) kami sudah sampaikan beberapa kali, karena perang tidak akan berhenti. Perang akan berjalan di seluruh tanah Papua, selagi Indonesia masih duduki tanah adat kami," tegas Sebby.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVIII Kasuari Kolonel Hendra Pesireron membenarkan kelompok kriminal bersenjata (KKB) menyerang Pos Koramil di Kampung Kisor. Berdasarkan informasi yang dihimpun, penyerangan itu dilakukan oleh sekitar 50 orang pada pukul 03.00 WIT. 

Akibatnya, empat anggota TNI meninggal dunia dalam peristiwa tersebut, yakni Serda Amrosius, Praka Dirham, dan Pratu Zul Ansari. Sedangkan Lettu Chb Dirman Komandan Posramil Kisor ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di dalam semak-semak belukar tak jauh dari pos. Satu prajurit, Sertu Juliano, mengalami luka berat dan seorang anggota TNI lainnya, yaitu Pratu Ikbal, belum ditemukan. 

Sementara penangkapan KKB terus dilakukan oleh aparat. Direktur Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Papua Kombes Faisal Rahmadani mengatakan tim gabungan dari Polres Yahukimo dan Satgas Ops Nemangkawi menangkap salah satu pimpinan KKB SenatSolldi Dekai.

Penangkapan dilakukan Kamis sekitar pukul 05.00 WIT di sekitar Dekai. "Saat ditangkap, SenatSoll sempat melawan sehingga anggota terpaksa menembak dan terkena kaki bagian kanan,"kata Kombes Faisal di Jayapura, Kamis.

Saat ini, Senat Soll alias Ananias Yalak yang juga mantan anggota TNI AD sudah diamankan dan masih mendapat perawatan di RSUD Dekai.Dia menjelaskan, Senat Soll awalnya terlibat kasus jual beli amunisi sebanyak 155 butir pada 2018 saat masih tergabung dengan TNI AD.

Untuk sementara, ada empat laporan polisi terkait Senat Soll. Laporan itu termasuk kasus pembunuhan staf KPU Yahukimo Hendri Jovinski yang dilakukan pada 11 Agustus 2020 dan pembunuhan Muhammad Thoyib tanggal 20 Agustus 2020.

Terkait laporan polisi, Faisal mengatakan, kemungkinan bertambah karena anggota masih terus melakukan penyelidikan. Senat Soll dijadwalkan dievakuasi ke Jayapura hari ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement