Kamis 02 Sep 2021 08:35 WIB

Mendikbudristek Ajak Sejumlah Pihak Wujudkan Kampus Merdeka

Mahasiswa ditantang untuk belajar langsung di lapangan.

Mahasiswa Merdeka (Ilustrasi)
Foto: republika/mardiah
Mahasiswa Merdeka (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, memberikan dukungan agar Kampus Merdeka bisa terwujud. Hal ini ia sampaikan kepada para Tanoto Scholars yang hadir pada Tanoto Scholars Gathering (TSG) 2021 dengan tema “Learn and Lead: 40 Years of Creating Impact”, Rabu (1/9).

Tanoto Scholars adalah mahasiswa-mahasiwa terpilih Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981. 

Nadiem mendukung Kampus Merdeka yang menitikberatkan pada pembelajaran dunia nyata atau project-based learning. Ia berharap, dengan program Kampus Merdeka, mahasiswa bisa belajar secara langsung di lapangan sekaligus mulai memberi dampak pada lingkungannya. 

Nadiem mengatakan, mahasiswa harus memiliki keberanian untuk mengambil risiko. Apalagi dengan usia yang masih muda dan kesempatan yang ditawarkan melalui program Kampus Merdeka. 

"Inilah waktunya untuk mengambil risiko, inilah waktunya untuk menantang diri sendiri. Mulai dengan mengambil risiko untuk berteman dengan orang dari latar belakang dan punya perspektif berbeda, untuk mengambil mata kuliah yang sulit, atau mencoba untuk mengikuti program di luar kampus. Keluarlah dari zona nyaman, keluarlah dari 'kolam renang' akademis dan masuk ke dalam 'lautan' terbuka dan belajar di situ,” kata Nadiem dalam sesi yang dipimpin oleh Tanoto Scholar dari ITB, Intan Subadri tersebut.

TSG 2021 dibuka dengan keynote speech dari Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation Anderson Tanoto yang berbagi mengenai nilai-nilai keluarga Tanoto dan juga tips praktikal untuk Tanoto Scholars agar bisa menjadi pemimpin yang berkontribusi bagi masyarakat.  

Tanoto Scholars yang ada di sini bisa mulai berkontribusi dengan langkah berikut, satu, perhatikan lingkungan kita sendiri. Apa yang sedang dibutuhkan? Ada masalah apa di sana? Kedua, mulai dengan apa yang kita punya. Mungkin bisa bisa membantu mengajar anak-anak di lingkungan rumah, atau membagikan ilmu atau informasi di sosial media. Ketiga, kita bisa membantu lewat informasi dan akses. Apakah ada orang yang kesulitan tapi tidak mendapatkan bantuan? Keempat, optimisme adalah realisme yang baru. Bagikan kebaikan kita supaya orang lain terinspirasi,” kata Anderson Tanoto.  

CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo menjelaskan, selain disuhuhkan materi, para Tanoto Scholars juga diajak dalam kunjungan virtual ke berbagai tempat operasional mitra Tanoto Foundation. Itu seperti ke APRIL Group, APR, Restorasi Ekosistem Riau, Asian Agri, dan Apical.

TSG adalah acara tahunan yang mempertemukan Tanoto Scholars dari seluruh Indonesia dan Singapura. Mereka diberi kesempatan untuk berjejaring, membangun tim, dan bertemu dengan para Pendiri dan Dewan Pembina Tanoto Foundation. TSG 2021 diikuti 232 peserta yang merupakan Tanoto Scholars dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Andalas (UNAND), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (UNDIP), dan Universitas Riau (UNRI). Kemudian, Universitas Sumatera Utara (USU), Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Politeknik Negeri Medan, Politeknik ATI Padang, Institut Teknologi Del, National University of Singapore (NUS), dan Nanyang Technological University (NTU). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement