Kamis 02 Sep 2021 05:51 WIB

Sikap Nabi Muhammad terhadap Perempuan

Nabi Muhammad sangat baik dan sopan terhadap perempuam.

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW. Ilustrasi

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad Saw lahir dalam kondisi masyarakat di mana perempuan telah mengalami banyak kekerasan. Anak perempuan dianggap sebagai beban sehingga banyak yang dengan tega mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup.

Dilansir dari About Islam, Rabu (1/9), Nabi Muhammad sangat baik dan sopan terhadap perempuan. Pada saat mereka diperlakukan dengan sangat buruk, Nabi memberi perempuan kehormatan dan martabat yang setara dengan laki-laki.

Umar berkata "Kami tidak terlalu menghargai perempuan di Makkah. Namun, mereka diperlakukan lebih baik di Madinah. Nabi menegakkan hak perempuan melalui sabda dan perintahnya, yang memperkuat posisi dan status mereka”. (Mishkatul Masabih )

Karena laki-laki selalu berada di sekitar Nabi, perempuan dilarang mendengarkannya atau menanyakan hal-hal yang menjadi perhatian mereka. Oleh karena itu, mereka meminta waktu satu hari dalam seminggu untuk bisa bertanya dan menanyakan berbagai hal kepada Nabi. Nabi menyetujuinya. Nabi mendengarkan mereka dan memperlakukan mereka dengan baik sehingga para perempuan merasa bebas untuk bertanya tentang apa pun kepada beliau.

Suatu ketika ketika Nabi sedang bepergian, seorang budak Abyssinian bernama Anjsha memimpin unta yang ditunggangi oleh beberapa istri Nabi. Sementara Anjsha bernyanyi, unta-unta itu mulai bergerak cepat. Nabi berkata kepadanya:

"Anjsha, jagalah agar gelas (para perempuan) tidak pecah," (Al Bukhari dan Muslim)

Asma putri 'Umais, salah satu dari mereka yang berimigrasi ke Abyssinia pada periode awal Islam, kembali dengan yang lain ke Madinah selama kampanye Khaybar. Suatu hari Asma berkunjung menemui Hafsah dan bertemu Umar di sana. Melihatnya, Umar seketika bercanda dan mengatakan, "Oh. Apakah ini orang Abyssinian itu". Asma' menjawab: "Ya sama". Kemudian Umar berkata lagi bahwa kelompoknya telah lebih dulu berhijrah sebelum mereka dan karena itu lebih berhak atas Rasulullah.

Candaan Umar dianggap serius oleh Asma. Asma marah dan berseru:

"Demi Allah, tidak! Kalian tinggal bersama Rasul Allah, yang memberi makan orang yang lapar, sementara kami jauh dari rumah, hidup di antara orang asing (Abyssinians) yang sering menganiaya kami. Kami terus-menerus ketakutan akan hidup kami,"

Selama percakapan ini, Nabi memasuki rumah. Asma' memberitahunya:

"Ya Rasulullah, Umar telah mengatakan begini-begini.”

Nabi Muhammad bertanya:

"apa yang anda bahas?"

Umar menceritakan keseluruhan cerita, setelah itu Nabi berkata:

“Umar tidak memiliki hak lebih atas saya daripada yang Anda miliki. Umar dan para sahabatnya hijrah hanya sekali, sedangkan kalian hijrah dua kali."

Ketika berita tentang kejadian ini menyebar di Madinah, para muhajirin Abyssinia datang berlarian ke Asma' untuk mendengarkan apa yang disampaikan Nabi. Menurut penuturannya, tidak ada di dunia ini yang lebih menyenangkan bagi mereka daripada kata-kata Nabi. (Al-Bukhari dan Muslim)

Suatu ketika, banyak kerabat perempuan Nabi duduk di sekelilingnya dan mengobrol dengan suara tinggi. Namun, ketika Umar datang dan memasuki rumah, semua perempuan itu terdiam dan Nabi yang menyaksikan kejadian itu tersenyum.

Lalu Umar berkata:

“Ya Rasulullah kenapa Anda tersenyum? Semoga Allah selalu membuat Anda tersenyum."

Nabi menjawab bahwa dia heran dengan perempuan-perempuan ini, sebelum Umar datang mereka mengobrol dengan suara keras tetapi setelah mendengar suara Umar, semuanya mendadak diam.

Kemudian Umar bertanya :

"Apakah kalian takut kepadaku dan tidak rakut kepada Rasulullah?"

Mereka semua menjawab:

"Tentu saja Umar, kamu pemarah sedangkan Rosulullah tidak". Nabi setuju dengan mereka. (HR. Muslim)

Suatu hari, Nabi sedang tidur di rumah Aisyah dengan wajah tertutup. Saat itu hari Idul Fitri, dan gadis-gadis muda bernyanyi. Abu Bakar memasuki rumah dan menyuruh mereka berhenti. Nabi berkata: Biarkan mereka bernyanyi. Ini adalah hari Idul Fitri bagi mereka. (Al-Bukhari)

Karena kelembutan dan kebaikan Nabi, menjadikan perempuan di masa itu tidak segan-segan untuk bertanya. Para sahabat Nabi tentu saja sering dibuat terkejut, tetapi Nabi tidak pernah menunjukkan ketidaksukaan atas pertanyaan- pertanyaan mereka.

Bahkan, Abu Sa'id, Aisyah, Anas, Ibnu Abbas, Jabir, dan banyak sahabat lainnya meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda: "Siapa pun yang memiliki dua atau tiga anak perempuan atau saudara perempuan dan memperlakukan mereka dengan baik akan masuk surga. (Abu Daud)

Kisah-kisah ini mencerminkan belas kasih dan kebaikan Nabi terhadap perempuan. Nabi berusaha membebaskan perempuan dari segala bentuk ketidakadilan, penganiayaan dan penindasan.

Rasulullah telah memberikan perempuan hak- hak mereka, bahkan wanita Barat tidak menikmati sampai berabad-abad kemudian. Seperti hak untuk memiliki dan menggunakan properti secara independen dari suami dan keluarganya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement