Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yudhi Hertanto

Inspirasi Paralimpiade

Olahraga | Wednesday, 01 Sep 2021, 14:12 WIB
ilustrasi: republika.co.id

Mengagumkan! Ni Nengah Widiasih menyabet medali perak pertama dari kontingen Paralimpiade Tokyo 2020. Bertanding di cabang angkat berat, pada kelas 41 kilogram, Widiasih berhasil membukukan Angkatan 98 kilogram. Kelebihannya melampaui semua keterbatasan yang dimiliki.

Setelah Olimpiade Tokyo 2020, kita disuguhkan kompetisi internasional bagi atlet yang mengalami kecacatan fisik, mental dan sensorial. Tidak pernah terbayangkan, ditengah pandemi yang masih menekan seluruh dunia, para atlet dengan kekurangannya tetap bersemangat bertanding.

Semua kita tentu banyak belajar dari momentum kegiatan olahraga tersebut. Banyak kisah inspiratif yang menunjukan bagaimana makna perjuangan dan semangat pantang menyerah itu diperlihatkan secara nyata. Ada nuansa yang berbeda dari paralimpiade dibandingkan olimpiade.

Sebagaimana spirit olimpiade dengan slogan Citius, Altius, Fortius -lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat, sesungguhnya pertandingan sesungguhnya bukan sekedar mencapai kemenangan, melainkan berpartisipasi dan tidak berhenti berjuang, disitu nilai utama api semangat kehidupan dimaknai.

Kisah lain yang mengharukan juga terlihat dari foto penuh emosi kemanusiaan, adalah atlet pingpong dari Mesir, Ibrahim Hamadtou yang tanpa lengan, bertanding dengan menggunakan mulutnya, bahkan melakukan lemparan bola memakai kaki. Begitu luar biasa kemampuan yang dimiliki.

Kita tidak hanya melihat bagaimana sebuah pertandingan dilangsungkan untuk mencapai tingkat prestasi tertinggi, tetapi juga sekaligus memberikan dampak untuk membuka ruang bersyukur atas apa yang telah dimiliki. Sesungguhnya kita insan yang kerap bersungut, bahkan lalai berterima kasih.

Kompetisi tidak seharusnya menghadirkan konflik terbuka. Persaingan adalah bagian dari dinamika. Berlomba merupakan ruang untuk mengekspresikan diri, mewakili kehendak untuk bisa menembus bahkan merubah batas kelemahan yang dimiliki menjadi sebuah sumber kekuatan.

Hal itu menjadi sisi reflektif yang sepantasnya menjadi laku moral kita disituasi pandemi. Disrupsi karena wabah menular ini telah berlangsung dalam durasi yang panjang, penting untuk menjaga elan vital-daya dorong perubahan kita agar semakin adaptif dengan kondisi yang melingkupinya.

Kesulitan, kesukaran bahkan kesempitan ditengah pandemi, sepatutnya menumbuhkan mental trengginas yang lincah dan terampil untuk keluar dari tekanan yang ada. Dari paralimpiade kita semestinya memang banyak belajar tentang arti hidup manusia dan kehidupan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image