Rabu 01 Sep 2021 15:40 WIB

Kementan Ungkap Alasan Merosotnya Harga Cabai 

Minimnya permintaan mengakibatkan pasokan cabai yang berlimpah tidak terserap.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Petani memanen cabai di perkebunan kawasan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/8/2021). Kementerian Pertanian melansir data produksi aneka cabai nasional pada Januari hingga Juli 2021 yang menunjukkan masih surplus, pada bulan tersebut terdapat produksi sebanyak 163.293 ton dengan kebutuhan sebesar 158.855 ton.
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Petani memanen cabai di perkebunan kawasan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/8/2021). Kementerian Pertanian melansir data produksi aneka cabai nasional pada Januari hingga Juli 2021 yang menunjukkan masih surplus, pada bulan tersebut terdapat produksi sebanyak 163.293 ton dengan kebutuhan sebesar 158.855 ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan alasan di balik anjloknya harga cabai. Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari, mengatakan dari sektor pasokan tidak ada masalah lantaran produksi cabai justru surplus. Produksi aneka cabai nasional tercatat sebanyak 163.293 ton pada Januari hingga Juli 2021 atau surplus 4.439 ton dibandingkan kebutuhan yang sebesar 158.855 ton.

"Produksi nasional untuk cabai sudah surplus. Lalu mengapa terjadi kondisi sangat rendah harganya?" tanya Retno saat Coffee Morning di Direktorat Jenderal Holtikultura, Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (1/9).

Retno menjelaskan siklus pada Juli dan Agustus biasanya cukup tinggi permintaan cabai akibat kegiatan masyarakat berupa resepsi dan liburan yang mendorong permintaan cabai pada sektor hotel, restoran, dan kafe (Horeka).

"Situasi Juli-Agustus, banyak hajatan dan liburan yang berimplikasi pada konsumsi cabai, lonjakan luar biasa, tapi realitanya sepi," ucap Retno.

Retno menyebut lesunya permintaan tak lepas dari masih berlakunya kebijakan PPKM yang membuat gerak sektor Horeka dan acara masyarakat sangat terbatas. Kondisi ini mengakibatkan pasokan cabai yang berlimpah menjadi tak terserap sehingga membuat harga jual menjadi anjlok. 

"Daya beli masyarakat rendah akibat PPKM. Sebelum Juni masih lumayan stabil, begitu Juli dan Agustus ada PPKM itu paling parah, Horeka tutup, hajatan minimalis, wisata, perjalanan berhenti, sampai warteg tutup," ungkap Retno.

Dalam situasi ini, lanjut Retno, Kementan memerlukan bantuan dari lintas kementerian dan lembaga untuk menyerap cabai petani. Retno menyebut langkah penyerapan cabai merupakan bentuk kontribusi nyata dalam mendukung kesejahteraan para petani.

Menurut Retno, para petani pun memahami kondisi ini. Retno berharap kondisi perekonomian dapat membaik saat petani kembali melakukan panen cabai agar bisa terserap secara maksimal. Retno optimistis hal ini dapat terjadi mengingat situasi penanganan covid yang terus membaik dan mulai terjadinya pelonggaran PPKM.

"Kita harap saat panen selanjutnya situasi sudah lebih baik, ini PPKM juga mulai mereda," kata Retno.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement