Rabu 01 Sep 2021 10:57 WIB

Empat Kapal Riset Dukung Pemetaan Laut Indonesia

Empat kapal riset ini mampu melakukan pemetaan batimetri yang lengkap.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala BPPT, Hammam Riza
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala BPPT, Hammam Riza

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengelola empat kapal riset, yakni Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I, II, III dan IV untuk melakukan riset kelautan. Salah satunya mendukung program nasional terkait pengumpulan dan kelengkapan data batimetri atau kedalaman laut Indonesia.

"Empat kapal riset ini mempunyai kemampuan untuk melakukan pemetaan batimetri yang lengkap mulai dari perairan dangkal sampai laut dalam," kata Hammam dalam keterangan pers, Rabu (1/9).

Baca Juga

Dengan memanfaatkan empat kapal riset itu, Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT mampu melakukan survei batimetri atau pemetaan kedalaman atau topografi dasar laut. Pemetaan kedalaman laut atau batimetri dilakukan dengan menggunakan multibeam echosounder (MBES) dan singlebeam echosounder (SBES) yang terpasang (mounted) pada kapal maupun portable.

Beberapa MBES yang dimiliki BPPT yakni MBES Teledyne Hydroswept DS mounted di KR Baruna Jaya I yang dapat memetakan laut sampai kedalaman 11.000 meter (m) atau 11 kilometer (km). "Alat MBES itu merupakan satu-satunya yang dipunyai oleh Indonesia saat ini," ujar Hammam.

Selanjutnya, MBES Kongsberg EM304 mounted di KR Baruna Jaya III dapat memetakan laut sampai kedalaman 8.000 m atau 8 km. Lalu MBES Elac Seabeam 3050 portable yang dapat digunakan di KR Baruna Jaya II dan IV berfungsi untuk memetakan laut sampai kedalaman 3.000 meter atau 3 kilometer.

"Kalau MBES Elac Seabeam 1180 portable dapat digunakan untuk memetakan laut dangkal sampai kedalaman 600 m menggunakan kapal non-Baruna Jaya," ucap Hammam.

BPPT juga mempunyai peralatan singlebeam echosounder (SBES) untuk pemetaan laut dalam seperti Knudsen SBP di KR Baruna Jaya 1 hingga kedalaman 6.000 m, SBES Syqwest bathy 2000 di KR Baruna Jaya III hingga kedalaman 4.000 m dan SBP Orotech di KR Baruna Jaya 4 hingga 4.000 m.

Hammam mengatakan peralatan teknologi survei batimetri itu digunakan untuk berbagai kegiatan program nasional baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta. "Di antaranya untuk ekstensi Landas Kontinen Indonesia dan berbagai keperluan untuk utilitas bawah laut seperti pipa bawah laut, kabel serat optik untuk komunikasi, serta peralatan deteksi tinggi muka air laut untuk iklim dan kebencanaan," tutur Hammam.

Sebagai bagian dari survei kelautan, BPPT memiliki Teknologi Command Center. Fungsinya sebagai Pusat Pengendalian Operasi Survei dan Office Assisted Remote Services (OARS), yaitu teknologi membantu akuisisi dan pengumpulan data tanpa memerlukan staf survei di atas kapal.

"Karenanya, Command Center ini nantinya juga dapat memiliki peran penting dalam membantu mempercepat atau melengkapi data Batimetri Nasional," sebut Hammam. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement