Rabu 01 Sep 2021 07:18 WIB

Come September, Bintang Timur, dan Subur-suburlah PKI

Kisah jelang September 1965.

Sukarno dan Aidit dalam perayaan 45 tahun PKI di Stadion Istora Senayan.
Foto: Google.com
Sukarno dan Aidit dalam perayaan 45 tahun PKI di Stadion Istora Senayan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Sejarawan dan Budayawan Betawi.

Come September. Ini judul film Hollywood 1961 yang dibintangi Rock Hudson, Gina Lolobrigida, dan Sandra Dee, yang saya tonton di bioskop Astoria. Yang menggairahkan dari film ini theme song yang dimainkan Billie Voughn orchestra.

Film Come September itu menjadi pertanda saat-saat terakhir kami dapat melongok peradaban Barat sebelum pada tahun berikutnya jendela Barat ditutup rapat-rapat.

Melalui lembar budaya "Lentera" yang diasuh Pramudya Ananta Toer di koran Bintang Timur dan tulisan Nyoto yang terbit tiap hari Kamis di Harian Rakyat dengan nama samaran Iramani, gembong-gembong itu menggempur tokoh dan gagasan yang mereka anggap musuh komunis.

Malah, suasana gempur-menggempur sudah tampak jelas semenjak pagi hari tanggal 23 Mei 1965. Di berbagai sudut Kota Jakarta penuh dengan monumen triplex bertema palu arit dan angka 45 berwarna merah. PKI klaim partai mereka lahir 23 Mei 1920 walau tanpa dukungan fakta. HUT PKI mereka rayakan di Stadion Utama Senayan dengan dihadiri Bung Karno (BK). "Subur, suburlah PKI," kata BK kala berpidato di situ.

Selanjutnya, PKI makin agresif. Tanggal 28 September 1965 muncul acara CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) yang merupakan ormas PKI, di Istora. Tanggal 29 September 1965 berlangsung acara Gerwani (ormas wanita PKI) di Senayan. 30 September 1965 Gestapu/PKI meledug...!

Baca juga : Pejabat Daerah Diingatkan tak Cari Insentif Tambahan

Pada Jumat pagi 1 Oktober 1965 aku dan ayah duduk depan radio mendengarkan siaran RRI yang amat janggal: pembentukan Dewan Revolusi. Aku dan ayah cuma saling pandang. Tak lama muncul teman se-HMI, Muchtar Machmud, yang juga kebingungan. Kami sepakat ke kantor PB HMI di Menteng dan pergi dengan motor Muchtar.

Jalan-jalan Ibu Kota kala itu sepi. Kami mampir sebentar ke tukang koran. Mereka hanya menjual Berita Yudha dan Harian Angkatan Bersenjata.

Setibanya di kantor HMI di Menteng, sudah banyak kawan-kawan di sana. Tapi soal apa itu Dewan Revolusi atau berbagai hal terkait lainnya, misalnya penculikan para jenderal, kabar atau berita tak ada. Kami bingung. Apa sebenarnya yang sedang terjadi saat itu di negeri ini?

Pada hari esoknya baru ada keterangan Pangdam Jaya Jendral Umar Wirahadikusuma yang menjelaskan pada pengurus HMI bahwa ini gerakan PKI.

Tanggal 4 Oktober 1965 bertempat di Taman Sunda Kalapa Menteng, HMI PII Pemuda Muhamadiyah dan PMKRI menggelar rapat akbar. Isinya mengutuk PKI dan menuntut merek dibubarkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement