Selasa 31 Aug 2021 19:44 WIB

MIND ID Prediksi Serapan Investasi Hingga Akhir 2021 Rp 10 T

Sulitnya pergerakan orang dan barang menyebabkan proyek pembangunan tersendat.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Holding BUMN Pertambangan MIND ID memprediksi serapan investasi di MIND ID hingga akhir tahun sepertinya tidak lebih dari 30 persen dari target Rp 29 triliun.
Foto: ANTARA/JOJON
Holding BUMN Pertambangan MIND ID memprediksi serapan investasi di MIND ID hingga akhir tahun sepertinya tidak lebih dari 30 persen dari target Rp 29 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding BUMN Pertambangan MIND ID memprediksi serapan investasi di MIND ID hingga akhir tahun sepertinya tidak lebih dari 30 persen dari target Rp 29 triliun. Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan hal ini karena masih sulitnya pergerakan orang dan barang sehingga beberapa proyek pembangunan menjadi tersendat.

"Ini karena masih ada kendala pandemi dan sulitnya pergerakan orang dan barang. Sehingga realisasi capex bisa 30 persen saja itu sudah bagus," kata Orias dalam konferensi pers, Selasa (31/8).

Orias menjelaskan pada semester pertama ini saja realisasi investasi yang bisa direalisasikan oleh Holding baru Rp 7 triliun. Ia mengaku ini belum signifikan.

"Harapannya hingga Desember nanti bisa ada yang signifikan ya," ujar Orias.

Ia mencontohkan proyek upgrading tungku yang menjadi tupoksi PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) saja terkendala. Hal ini karena tenaga kerja yang semestinya hadir tidak bisa hadir.

"Baik itu yang dari China, maupun yang dari Uni Emirat Arab, mereka datang sebentar tapi terus kembali lagi karena kondisi saat ini. Tetapi hal-hal yang terkait dengan desain tetap jalan ya," jelas Orias.

Selanjutnya ada proyek di Kalimantan Barat, yakni smelter grade Alumina. Itu juga mengalami penundaan karena pekerja, baik yang dari China maupun dari kontraktor tidak bisa melakukan pergerakan secara bebas sehingga pergerakan terganggu.

"Tapi untuk desain engineering-nya semua disiapkan," sebutnya.

Proyek-proyek yang ada juga bisa tertunda karena terlambatnya kedatangan peralatan karena kegiatan di pelabuhan terganggu, khususnya pelabuhan di luar negeri. Sementara pelabuhan di dalam negeri dijelaskannya masih berjalan.

Pihaknya melihat saat ini pergerakan orang masih dibatasi. Diharapkan bulan September pergerakan sudah lebih bebas, dalam arti kasus COVID-19 sudah menurun. Jika kasus COVID-19 belum menurun, sudah menjadi konsekuensi bila penyelesaian proyek tertunda.

"Jadi itu tidak masalah, tetapi memang di dalam menyelesaikan proyek itu mau nggak mau ada penundaan atau pergeseran waktu," tambah Orias.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement