Selasa 31 Aug 2021 16:17 WIB

Garuda Indonesia Proyeksikan Kinerja Perusahaan Mulai Pulih

Pendapatan usaha Garuda pada semester I sebesar 696,8 juta dolar AS.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melakukan bongkar muat Envirotainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac dari badan pesawat Garuda Indonesia setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin, (30/8). PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan kinerja operasional perusahaan akan mulai menunjukan tren pemulihan secara bertahap.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Pekerja melakukan bongkar muat Envirotainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac dari badan pesawat Garuda Indonesia setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin, (30/8). PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan kinerja operasional perusahaan akan mulai menunjukan tren pemulihan secara bertahap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan kinerja operasional perusahaan akan mulai menunjukan tren pemulihan secara bertahap. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan hal tersbut akan mulai terlihat pada semester II 2021 menyusul adanya relaksasi kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat. 

Irfan mengatakan pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat seiring melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia telah berdampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha jasa transportasi udara. “Tidak terkecuali bagi kami di Garuda Indonesia yang secara bisnis fundamental mengandalkan mobilitas masyarakat,” kata Irfan dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (31/8). 

Baca Juga

Irfan menjelaskan, realitas bisnis tersebut turut tergambarkan dalam catatan kinerja usaha sepanjang Semester I 2021. Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar 696,8 juta dolar AS pada semester I 2021 atau turun sebesar 24 persen jika dibandingkan pendapatan usaha pada periode yang sama tahun lalu. 

Dia menuturkan, pendapatan usaha Garuda Indonesia pada Semester I 2021 tersebut dikontribusikan oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar sebesar 556,5 juta dolar AS. Begitu juga dari penerbangan tidak berjadwal sebesar 41,6 juta dolar AS dan pendapatan lainnya 98,6 juta dolar AS. 

Untuk itu, Irfan memastikan Garuda Indonesia terus mengoptimalkan berbagai langkah strategis untuk mengakselerasikan perbaikan kinerja usaha. Terutama melalui konsolidasi operasi. 

“Kami mendorong efisiensi dalam rangka menjaga keberlangsungan usaha Perseroan di tengah kondisi industri penerbangan global yang masih menantang saat ini,” tutur Irfan. 

Dia menambahkan, tantangan kinerja usaha yang terefleksikan melalui penurunan pendapatan usaha tersebut tidak terlepas dari trafik penumpang yang menurun signifikan imbas kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat ditengah peningkatan positive rate kasus Covid-19 di Indonesia. Khususnya dengan kemunculan varian baru Covid-19 yang mengharuskan adanya pengetatan kebijakan mobilitas masyarakat dalam penanganan pandemi. 

Irfan menambahkan, pendapatan usaha yang berasal dari penerbangan tidak berjadwal mengalami kenaikan sebesar 93,2 persen dibandingkan periode yang sama  pada 2020. Dengan adanya kenaikan tersebut, Irfan menegaskan, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan potensi pangsa pasar charter, baik untuk layanan penumpang maupun kargo.

Khusus untuk angkutan logistik, Irfan mengatakan, Garuda Indonesia juga telah mencatat adanya tren kenaikan jumlah kargo yang diangkut di setiap penerbangan sepanjang Semester I 2021. Pada semester I 2021, Garuda Indonesia secara grup turut mencatat jumlah angkutan kargo sebesar 152,300 ribu ton tumbuh sebesar 37, 56 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020 sebesar 110,715 ribu ton. 

Sementara itu, beban usaha pada Semester I 2021 tercatat mengalami penurunan sebesar 15,9 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni dari 1,6 miliar dolar AS menjadi 1,3 miliar dolar AS. Irfan menuturkan, penurunan beban usaha perusahaan juga ditunjang oleh berbagai langkah strategis efisiensi yang tengah ditempuh. 

“Kami melakukan renegosiasi sewa pesawat hingga restrukturisasi jaringan penerbangan melalui penyesuaian frekuensi rute-rute penerbangan,” tutur Irfan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement