Selasa 31 Aug 2021 15:50 WIB

ADB Nilai Teknologi Jadi Game Changer di Tengah Pandemi

Pemulihan ekonomi harus terus dilakukan dengan teknologi yang masif.

Pelaku usaha memotret produk teh bajakah miliknya sebelum dipasarkan melalui pasar digital di salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Desa Suak Puntong, Kuala Pesisir, Nagan Raya, Aceh, Sabtu (28/8). Vice President Asian Development Bank (ADB) Bambang Susantono menilai teknologi merupakan game changer di tengah pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Pelaku usaha memotret produk teh bajakah miliknya sebelum dipasarkan melalui pasar digital di salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Desa Suak Puntong, Kuala Pesisir, Nagan Raya, Aceh, Sabtu (28/8). Vice President Asian Development Bank (ADB) Bambang Susantono menilai teknologi merupakan game changer di tengah pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vice President Asian Development Bank (ADB) Bambang Susantono menilai teknologi merupakan game changer di tengah pandemi COVID-19. Sehingga, ini harus didorong ke depannya bersama-sama seluruh pihak di Tanah Air.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, kalau kita mau maju ke depan, kita harus masuk di bidang teknologi," kata Bambang dalam Kongres ISEI XXI dan Seminar Nasional 2021 secara daring di Jakarta, Selasa (31/8).

Menurut dia, pemulihan ekonomi harus terus dilakukan dengan teknologi yang masif, dibarengi dengan ekonomi hijau yang inklusif. Upaya tersebut pun menjadi salah satu empat hal yang diusulkan ADB untuk Indonesia saat beralih dari manajemen krisis COVID-19 ke pemulihan ekonomi.

Selain itu penguatan kesehatan, perlindungan sosial, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), menurut Bambang, juga harus dilakukan. "Pandemi membuka kotak pandora berbagai negara tentang lemahnya sistem kesehatan, perlindungan sosial, dan pendidikan SDM. Dengan demikian penting sekali untuk kita bisa back on track," ucap dia.

Selanjutnya ia menekankan peningkatan produktivitas, kompetitif, dan inovasi juga perlu dilakukan agar Indonesia bisa pulih dengan cepat. Terakhir, mendorong pasar domestik yang sempat loyo karena COVID-19 melalui berbagai stimulus agar kembali bergairah.

"Namun tidak hanya pasar domestik, juga seperti melalui konsumsi, tetapi juga ekspor, impor, hingga investasi yang akan membuat mata rantai pasokan global," tutur Bambang.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement