Senin 30 Aug 2021 14:27 WIB

Pakar AS Dr Fauci Dukung Vaksinasi Covid-19 Wajib Bagi Anak

Dr Fauci mendukung vaksinasi Covid-19 bagi anak yang datang ke sekolah

Red: Nur Aini
Pakar penyakit menular terkemuka AS Dr. Anthony Fauci
Foto: EPA
Pakar penyakit menular terkemuka AS Dr. Anthony Fauci

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar penyakit menular terkemuka AS Dr. Anthony Fauci pada Ahad (29/8) mengaku mendukung vaksinasi Covid-19 wajib bagi anak-anak yang datang ke sekolah saat varian Covid-19 Delta yang sangat menular terus menyebabkan lonjakan kasus di negara tersebut.

"Saya yakin bahwa kewajiban vaksin untuk anak-anak yang hadir di sekolah adalah ide yang bagus," kata Fauci kepada program "State of the Union" CNN.

Baca Juga

"Kami telah melakukan ini selama puluhan tahun, mewajibkan vaksinasi polio, campak, gondok, rubella dan hepatitis".

Saat ini anak-anak berusia di bawah 12 tahun tidak memenuhi syarat untuk disuntik vaksin Covid-19. Namun, Fauci dalam wawancara terpisah di program "This Week" ABC, mengatakan harusnya ada data yang cukup pada awal Oktober bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) untuk mempertimbangkan apakah vaksin aman untuk anak-anak di bawah usia itu.

"Saya rasa ada peluang yang beralasan" bahwa vaksin Moderna atau Pfizer-BioNTech bisa mengantongi izin FDA untuk anak di bawah usia 12 tahun sebelum musim liburan mendatang, kata Fauci, direktur Institut Nasional untuk Penyakit Menular dan Alergi dan penasihat medis Gedung Putih, Selasa lalu.

Ketika sekolah dibuka lagi pada musim gugur, lonjakan kasus Covid-19 telah menimbulkan gangguan yang sangat berarti. Puluhan sekolah di seluruh wilayah menunda awal tahun ajaran atau menutup sekolah sejak dibuka pada Agustus, menurut data di situs pelacakan Burbio. Data itu menunjukkan sejauh ini dampak terparah terhadap sekolah terjadi di Selatan, pusat wabah saat ini namun memiliki tingkat vaksinasi terendah di negara tersebut.

Pembukaan kembali sekolah juga berkontribusi pada krisis pasokan tes Covid-19 di AS lantaran pihak sekolah mengaktifkan kembali program pengawasan yang membutuhkan puluhan juta tes.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement