Ahad 29 Aug 2021 15:06 WIB

Petani Kecil Perlu Membangun Corporate Farming

Melalui koperasi, petani tidak hanya mendapat jaminan pasar atas hasil pertaniannya.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyebutkan petani perlu membangun corporate farming. Hal itu disampaikan Teten saat meninjau Koperasi Max Yasa di Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, Purbalingga.

''Keberadaan koperasi ini bisa dijadikan contoh bagi para petani kecil lain untuk membangun corporate farming,'' jelasnya.

Menurutnya, bisnis model yang dibangun petani melalui koperasi ini, adalah dengan menggarap kebutuhan petani mulai dari hulu hingga hilir. Melalui koperasi, petani tidak hanya mendapat jaminan pasar atas produk hasil pertaniannya, namun juga mendapat pendampingan dalam budi daya pertaniannya.

Dengan demikian, kata Teten, para petani tidak lagi memikirkan ke mana harus menjual. ''Dengan bisnis model ini, koperasi akan mengerahkan petaninya menanam apa yang disesuaikan dengan permintaan pasar,'' katanya.

Koperasi Max Yasa Purbalingga saat ini telah bekerja sama dengan 500 petani kecil di Kecamatan Karangreja untuk mencukupi permintaan ekspor 750 kilogram buncis kenya per hari secara konsisten ke Singapura. Kerja sama ini memberi jaminan produk pertanian buncis kenya akan terserap pasar dengan harga yang layak.

Meski demikian Teten menyebutkan, untuk membangun corporate farming semacam ini dibutuhkan local hero untuk mewujudkannya. ''Kalau bisa terwujud,. maka Kemenkop UKM akan memperkuat pembiayaan pada koperasinya,'' jelasnya.

Teten mengakui, petani saat ini tidak cukup hanya diberikan subsidi pupuk dan subsidi bibit. ''Itu tidak cukup. Ini perlu kita bangunkan bisnis model. Saya bersama LPDB berkomitmen untuk membantu. Kami akan kerjasama dengan para local hero yang ada untuk kita perbesar. Ini perlu dilakukan agar petani itu ceritanya tidak terus menerus tentang kisah nestapa duka,'' katanya.

Selain itu, Kemenkop UKM juga tengah melakukan piloting bisnis model serupa untuk sektor pertanian yang lain. Misalnya koperasi petani pisang ekspor di Lampung dengan GGP sebagai offtaker, dan produk kopi di Gayo dengan offtaker Starbucks.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi yang mendampingi Menkop UKM, menyatakan Pemkab Purbalingga juga sudah memiliki BUMD Perumda Puspahastama yang memungkinkan bisa menjadi perusahaan offtaker produk hasil pertanian di Purbalingga.

''Untuk itu kami memohon bimbingan, dukungan, arahan dari Bapak Menteri, agar teman-teman pelaku koperasi dan UMKM di Purbalingga bisa semakin berkembang,'' jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement