Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhevy Hakim

Nasib Malang Petani Cabai

Bisnis | Saturday, 28 Aug 2021, 21:53 WIB

Nasib Malang Petani Cabai Oleh: Dhevy Hakim
Saat musim panen tiba, petani cabai justru dihadapkan pada kenyataan pahit anjloknya harga cabai. Sejumlah respon berdatangan dari petani. Seperti petani cabai dari Kulon Progo beramai-ramai membakar dan memilih membagikan cabai gratis ke warga. Harga cabai anjlok saat panen. (24/8) Respon lain juga datang dari petani cabai Majalengka. Mereka memilih membiarkan tanaman cabainya terlantar, buah cabai dibiarkan membusuk dan tanaman cabainya jika sudah kering kemudian dibakar. (28/8) Respon petani cabai yang demikian tentu ada alasannya. Para petani memilih membiarkan tanaman cabainya karena untuk upah memetik cabai saja lebih mahal daripada harga cabai. Belum untuk ongkos transportasi dan produksi. Harga cabai merah keriting di tingkat petani sudah tiga hari ini hanya Rp 5.000 berikut cabai besar TW Rp 6.000/kg, cabai lokal tanjung Rp 12.000/kg dan cabai rawit merah Rp 10.000/kg. Sementara biaya pokok produksi atau biaya modal (BEP) Rp 8.000/pohon dengan produksi rata-rata 0,8 kg/pohon. Ironisnya, pemerintah justru terus mengimpor cabai sebesar 27.851 ton sepanjang semester I/2021. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Kementan Bambang Sugiharto, menjelaskan impor cabai untuk kepentingan industri. Sungguh malang nasib petani cabai, seharusnya panen mendatangkan hasil, malah harganya anjlok. Seharusnya negara memperkirakan masa panen cabai sehingga tidak mengimpor cabai dikala jumlah cabai surplus. Di sisi lain, publik harus menyadari, kondisi yang karut marut seperti ini dikarenakan sistem demokrasi kenyataannya saat ini dikuasai oleh para oligarki. Pemilik modal yang siap memainkan apa saja di pasar demi meraup pundi-pundi uang. Tanpa peduli dengan nasib rakyat. Umat butuh sistem alternatif untuk mensejahterakan nasib petani dan lainnya. Tidak lain, sistem Islam lah alternatifnya. Sistem Islam yakni khilafah telah terbukti secara empiris maupun historis, mampu mensejahterakan rakyat bahkan telah membawa umat Islam saat itu pada peradaban yang agung. Wallahu a’lam bi showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image