Jumat 27 Aug 2021 19:28 WIB

Taliban Minta Imam Afghanistan Khutbah Soal Taat Pemimpin  

Taliban meminta khutbah yang disampaikan tekankan ketaataan kepada pemimpin

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Taliban meminta khutbah yang disampaikan tekankan ketaataan kepada pemimpin. Taliban ungguli pasukan keamanan Afghanistan
Foto: Republika
Taliban meminta khutbah yang disampaikan tekankan ketaataan kepada pemimpin. Taliban ungguli pasukan keamanan Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Taliban mendesak para pengkhotbah di Afghanistan untuk fokus pada pentingnya mematuhi penguasa, utamanya dalam khotbah mereka saat sholat Jumat. Hal ini mereka sampaikan dalam pernyataannya. 

Dilansir di Hindustan Times, Jumat (27/8), permintaan ini terjadi setelah terjadi bom bunuh diri di luar bandara internasional Kabul, Kamis (26/8). Kejadian tersebut menewaskan sedikitnya 95 orang. 

Baca Juga

Pekan lalu, Taliban meminta para imam Afghanistan melawan laporan negatif tentang kelompok itu, utamanya selama pelaksanaan sholat Jumat pertama setelah mereka menguasai negara tersebut. Taliban juga mendesak orang-orang untuk tidak mencoba melarikan diri dari negara itu. 

Taliban mengatakan para imam harus mendorong masyarakat bersama-sama bekerja membangun negara dan tidak mencoba meninggalkan negara itu. Para imam juga diminta untuk menjawab propaganda negatif yang dilakukan oleh musuh mereka.

Associated Press berhasil mengutip seorang pejabat dengan syarat anonim, karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media. Narasumber ini menyebut setidaknya 95 warga Afghanistan tewas dalam pemboman bunuh diri kemarin. 

Dia juga mengatakan sebenarnya jumlah korban yang tewas bahkan lebih tinggi, karena pihak lain terlibat dalam evakuasi mayat-mayat ini. Pejabat Afghanistan dan Amerika Serikat sebelumnya mengatakan, setidaknya 60 warga Afghanistan dan 13 tentara Amerika Serikat tewas dalam pemboman itu. 

Serangan bunuh diri itu terjadi saat puluhan ribu orang berusaha melarikan diri sejak kelompok Islam garis keras ini merebut Kabul, pada 15 Agustus. 

Sementara itu, Turki mengatakan telah mengadakan pembicaraan pertamanya dengan Taliban di Kabul. Pihaknya masih menilai tawaran kelompok Islamis itu untuk mengelola bandara ibu kota Afghanistan. 

"Kami telah mengadakan pembicaraan pertama dengan Taliban, yang berlangsung 3,5 jam. Jika perlu, kami akan mengambil kesempatan untuk mengadakan pembicaraan seperti itu lagi," kata Presiden Recep Tayyip Erdogan kepada wartawan, Jumat (27/8).

Dia mengatakan pembicaraan itu diadakan di bagian militer bandara Kabul, di mana kedutaan Turki ditempatkan sementara. Erdogan mengatakan negaranya tidak memiliki kemewahan untuk berdiam diri di wilayah yang bergejolak itu. 

"Anda tidak dapat mengetahui apa harapan mereka atau apa harapan kami tanpa berbicara. Apa itu diplomasi? Ini adalah diplomasi,” kata Erdogan saat menanggapi kritik domestik atas keterlibatan Turki dengan kelompok pemberontak.  

 

Sumber: hindustantimes  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement