Jumat 27 Aug 2021 11:51 WIB

Saksi: Bom Bandara Kabul Seperti Kiamat

Serangan bom di Bandara Kabul menewaskan setidaknya 60 orang, dan 13 prajurit AS.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Orang-orang yang terluka berbaring di tempat tidur di sebuah rumah sakit setelah serangan mematikan di luar bandara di Kabul, Afghanistan, Kamis, 26 Agustus 2021. Dua pembom bunuh diri dan pria bersenjata menyerang kerumunan orang Afghanistan yang berbondong-bondong ke bandara Kabul Kamis, mengubah adegan putus asa menjadi satu horor di hari-hari memudarnya pengangkutan udara bagi mereka yang melarikan diri dari pengambilalihan Taliban.
Foto: AP/Mohammad Asif Khan
Orang-orang yang terluka berbaring di tempat tidur di sebuah rumah sakit setelah serangan mematikan di luar bandara di Kabul, Afghanistan, Kamis, 26 Agustus 2021. Dua pembom bunuh diri dan pria bersenjata menyerang kerumunan orang Afghanistan yang berbondong-bondong ke bandara Kabul Kamis, mengubah adegan putus asa menjadi satu horor di hari-hari memudarnya pengangkutan udara bagi mereka yang melarikan diri dari pengambilalihan Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID,  KABUL -- Ledakan bom di bandara Kabul, Afghanistan, pada Kamis (26/8) telah menewaskan setidaknya 60 warga sipil, dan 13 tentara AS. Sejumlah korban yang berhasil selamat menceritakan bagaimana insiden itu tersebut terjadi.

"Saya melihat seperti hari kiamat," kata korban ledakan di dekat bandara Kabul, Kamis (26/8).

Baca Juga

Mantan karyawan kelompok pengembangan internasional dengan visa imigran khusus AS itu bersama ribuan orang di sekitar bandara berharap cemas untuk masuk gerbang bandara dan naik salah satu penebangan. Pria tersebut telah berada dalam antrean di dekat Gerbang Biara bandara selama sekitar 10 jam.

Sekitar pukul 17.00 waktu setempat sebuah ledakan kuat meledak. "Seolah-olah seseorang menarik tanah dari bawah kaki saya, untuk sesaat saya pikir gendang telinga saya pecah dan saya kehilangan indera pendengaran," kata pria itu.

"Saya melihat tubuh dan bagian tubuh lain terbang di udara seperti tornado membawa kantong plastik ke udara. Saya melihat tubuh, bagian tubuh, pria tua dan terluka, wanita dan anak-anak berserakan di lokasi ledakan," ungkap kesaksiannya.

"Tidak mungkin melihat kiamat dalam kehidupan ini, tetapi hari ini saya melihat kiamat, saya menyaksikannya dengan mata kepala sendiri."

Sebuah video menunjukkan jasad berada di selokan di dekat pagar bandara. Beberapa diamankan, dan diletakan di tanah. Banyak warga sipil juga terlihat tengah mencari orang-orang yang mereka cintai, khawatir menjadi korban ledakan. "Air kecil yang mengalir di saluran pembuangan itu telah berubah menjadi darah," kata pria tersebut.

Sementara itu, warga Afghanistan lain yang mengidentifikasikan dirinya bernama Zubair (24 tahun) mencoba masuk ke dalam bandara dengan sepupunya yang memiliki surat-surat yang mengizinkannya untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat selama sepekan ini. Dia mengatakan, bahwa dirinya berada 50 meter dari seorang pengebom bunuh diri yang meledakkan bahan peledak di gerbang.

"Pria, wanita dan anak-anak berteriak. Saya melihat banyak orang terluka, pria, wanita dan anak-anak  dimasukkan ke dalam kendaraan pribadi dan dibawa ke rumah sakit," katanya. Menurutnya setelah ledakan terjadi tembakan.

Taliban telah berusaha untuk meyakinkan warga Afghanistan bahwa mereka akan menghormati hak-hak mereka dan tidak keluar untuk membalas dendam. Kabul telah mengalami serangan bunuh diri yang sering terjadi dalam 20 tahun sejak Taliban pertama kali digulingkan dari kekuasaan. Penduduk kota telah terbiasa dengan polisi dan tim keamanan yang menutup lokasi ledakan dan membawa pergi yang tewas dan terluka.

Namun, insiden Kamis sangat mengejutkan warga, ketika puluhan jasad berlumuran darah yang terlempar akibat ledakan ke selokan dibiarkan begitu saja. "Hari ini tidak ada yang menangani masalah ini dan memindahkan mayat dan yang terluka ke rumah sakit atau membawa mereka keluar dari pandangan umum," kata seorang saksi.

Mayat dan luka-luka tergeletak di jalan dan di saluran pembuangan. Air kecil yang mengalir ke dalamnya telah berubah menjadi darah. "Secara fisik, saya baik-baik saja  tapi saya tidak berpikir luka mental dan syok yang saya alami dari ledakan hari ini akan membuat saya hidup normal," kata saksi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement