Jumat 27 Aug 2021 00:35 WIB

Laporan: Taliban Ancam dan Pukuli Staf PBB di Afghanistan

Ancaman diberikan beberapa hari sebelum Taliban merebut Kabul.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Taliban berpatroli di Kabul, Afghanistan, Kamis, 19 Agustus 2021. Taliban merayakan Hari Kemerdekaan Afghanistan pada hari Kamis dengan menyatakan mereka mengalahkan Amerika Serikat
Foto: AP/Rahmat Gul
Taliban berpatroli di Kabul, Afghanistan, Kamis, 19 Agustus 2021. Taliban merayakan Hari Kemerdekaan Afghanistan pada hari Kamis dengan menyatakan mereka mengalahkan Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah dokumen internal PBB melaporkan bahwa, militan Taliban telah mengancam dan memukuli anggota staf PBB di Afghanistan. Reuters melaporkan bahwa, dalam dokumen internal itu terungkap ada puluhan ancaman dan kekerasan yang dihadapi oleh anggota staf PBB sejak 10 Agustus.

Anggota staf PBB menerima ancaman dan pukulan, beberapa hari sebelum Taliban merebut Kabul dan menggulingkan pemerintah Afghanistan. Salah satu insiden yang dilaporkan melibatkan seorang anggota staf PBB Afghanistan yang berusaha mencapai bandara Kabul, pada Ahad (22/8). Anggota Taliban menghentikan staf PBB itu dan menggeledah kendaraannya, kemudian memukulinya.

Baca Juga

Dalam insiden lain, tiga pria tak dikenal mengunjungi rumah anggota staf PBB  saat dia sedang bekerja pada Senin (23/8). Mereka menuduh putra dari staf PBB itu berbohong tentang keberadaan ayahnya. "Kami tahu lokasinya dan apa yang dia lakukan," ujar Taliban.

Dokumen internal tersebut, menambah daftar laporan tentang ancaman dan intimidasi yang dihadapi PBB dan pekerja asing lainnya di Afghanistan. Pada Selasa (23/8) Reuters melaporkan bahwa Taliban telah mengambil alih dan menggeledah beberapa kompleks PBB di Afghanistan.

Menanggapi laporan ancaman dan kekerasan terhadap staf PBB, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, pihak berwenang yang bertanggung jawab di Kabul dan seluruh Afghanistan menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk melindungi keselamatan staf PBB. Dujarric menolak memberikan komentar tambahan kepada The Hill, selain pernyataan yang dia lontarkan dalam konferensi pers.

Baca juga : Biden Ubah Agenda Setelah Tentara AS Tewas di Afghanistan

PBB sebelumnya mengatakan akan menyelidiki kasus-kasus pelecehan yang dilaporkan, karena berusaha mempertahankan kehadiran mereka di Afghanistan untuk tetap memberikan bantuan kemanusiaan. Pada Rabu, PBB telah merelokasi sekitar sepertiga dari 300 anggota staf asingnya yang berada di Afghanistan ke Kazakhstan. Sementara sekitar 3.000 staf PBB yang merupakan penduduk Afghanistan masih berada di negara itu.

Pada Selasa, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada personel PBB di Afghanistan bahwa, dia sangat prihatin dengan laporan bahwa beberapa dari staf PBB telah mengalami pelecehan dan intimidasi. Guterres mengatakan, keselamatan semua personel PBB di Afghanistan adalah prioritas utama PBB.

"Kami melakukan segala daya kami, yaitu melalui keterlibatan permanen dengan semua aktor yang relevan, dan akan terus melakukannya untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan Anda, dan untuk menemukan solusi eksternal yang mereka dibutuhkan," ujar Guterres.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement