Kamis 26 Aug 2021 16:47 WIB

IHSG Tertekan Sentimen Tapering Hingga Kenaikan Suku Bunga

Sore ini IHSG ditutup melemah ke level 6.058,08.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini, Kamis (26/8). Sepanjang hari ini IHSG ditutup melemah 55 poin atau terkoreksi 0,90 persen menjadi 6.058,08.

Pelemahan IHSG hari ini sejalan dengan pergerakan pasar saham Asia. Kabar terkait pengurangan stimulus secara bertahap atau tapering off bank sentral Amerika Serikat (AS) disebut menjadi sentimen negatif bagi pasar saham. 

"Tekanan pada IHSG pada perdagangan hari ini seiringan dengan pergerakan mayoritas pasar saham Asia yang didominasi sentimen negatif terkait tapering the Fed," tulis riset Pilarmas Investindo Sekuritas, Kamis (26/8).  

Selain itu, sentimen negatif juga datang dari kekhawatiran pelaku pasar akan perkembangan kasus Covid-19 di sejumlah negara. Pasalnya jumlah kasus baru Covid-19 di Thailand, Korea Selatan dan India terus bertambah. 

Penurunan Tax Ratio terendah selama 20 tahun terakhir juga menjadi perhatian pelaku pasar. Hal ini mengacu pada pertumbuhan rata – rata Tax Ratio dalam 5 tahun terakhir yang mencapai 5 persen per tahun. Menurut riset, tekanan pandemi memberikan peluang terhadap raihan pajak tahun ini yang dinilai belum dapat mencapai target. 

"Hal tersebut memunculkan kekhawatiran terkait pendanaan APBN di tahun 2022 yang berpotensi menghadapi hambatan," tulis riset.

Pelemahan pasar saham Asia juga terjadi di tengah kekhawatiran pelaku pasar akan kenaikan suku bunga acuan bank sentral. Bank of Korea (BOK) menjadi yang pertama menaikkan suku bunga sejak Covid-19 dimulai. 

Suku bunga BOK untuk Agustus adalah 0,75 persen, naik 25 bps dari 0,5 persen sebelumnya dan jauh dari ekspektasi. "Hal ini memunculkan kekhawatiran bagi pelaku pasar terhadap potensi naiknya suku bunga acuan pada Bank Sentral khususnya di Asia," tulis riset.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement