Kamis 26 Aug 2021 16:06 WIB

Harta Karun Islam di Museum Seni Turki dan Islam

Museum Seni Turki dan Islam menampung ribuan artefak dari sejarah Islam.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Seorang pria memegang bendera Turki
Foto: EPA-EFE/ERDEM SAHIN
Seorang pria memegang bendera Turki

IHRAM.CO.ID, ISTANBUL – Museum Seni Turki dan Islam yang terletak di belakang Masjid Biru di Istanbul, Turki menampung ribuan artefak dari sejarah Islam. Museum ini memiliki kisah pendirian yang sangat menarik.

Dinasti Ottoman menjadi tuan rumah berbagai penggalian oleh para arkeolog asing tapi juga menjadi sasaran banyak penjarahan arkeologis. Penyelundupan artefak sejarah dari kota-kota kuno seperti Troy marak terjadi.

Pada akhir abad ke-19, ketika kekaisaran yang lelah berjuang dengan perang berturut-turut, struktur Islam menjadi sasaran secara ekstensif. Beberapa orang Barat bahkan mulai membongkar struktur keagamaan historis yang masih digunakan. Bagian penting dari masjid dan peninggalan lainnya, seperti pintu dan ubinnya secara rahasia diangkut ke Eropa.

Pada awal abad ke-20, pemerintah Ottoman mencoba untuk melindungi peninggalan arkeologi kuno dan mengambil tindakan untuk melindungi dan melestarikan artefak Islam. Selama era Mustafa Hayri dari Ürgüp, dibuat keputusan untuk memindahkan karya seni di tempat-tempat keagamaan yang dijarah ke Istanbul.

Mengingat teknologi yang tersedia seabad yang lalu, tidak mudah untuk mengangkut benda-benda berharga ke Istanbul. Terlepas dari kenyataan ini, artefak dari berbagai kota, seperti dari Thrace ke Damaskus diangkut ke ibu kota yang terdiri dari karpet unik, ubin langka, manuskrip berharga, dan lain-lain.

Karena dirasa sudah banyak artefak yang dikumpulkan, pada tahun 1914 didirkan museum pertama yang menyatukan artefak Islam sebagai bagian dari Kompleks Süleymaniye. Museum itu diberi nama Museum Evkaf-ı Islamiyye atau Museum Yayasan Islam.

Setelah Republik Turki berdiri, museum ini berubah namanya menjadi Museum Seni Turki dan Islam (TIEM). Pada tahun 1925 karena westernisasi Turki, pintu-pintu tempat keagamaan seperti khanqah, zawiya (sekolah agama Islam), dan makam ditutup oleh negara.

Setahun kemudian artefak dari tempat-tempat keagamaan yang ditutup dipindahkan ke museum. Pada tahun 1983, TIEM telah pindah ke Istana Pargalı Ibrahim Pasha dan masih beroperasi sampai sekarang.

Museum Seni Turki dan Islam membawa pengunjungnya dalam tur sejarah Islam, mulai dari periode Empat Khalifah atau Rashidun. Di antara artefaknya, ada beberapa menonjol, misalnya Dokumen Damaskus, kumpulan manuskrip tulisan tangan, benda-benda keramat, karya kaligrafi para sultan yang juga seniman, dan karpet sejarah.

Dilansir Daily Sabah, Kamis (26/8), TIEM paling terkenal dengan koleksi karpetnya yang paling berharga di dunia. Museum ini pernah menyelenggarakan dan memamerkan lebih dari 1.700 karpet. Karpet Seljuk dari abad ke-13 yang tidak dapat ditemukan di tempat lain dianggap sebagai salah satu karya paling berharga di museum. Dasar karpet ini diketahui telah mengilhami seniman Jerman abad ke-16 Hans Holbein the Younger dan pelukis Italia abad ke-16 Lorenzo Lotto. Fakta bahwa karpet-karpet ini yang ditenun dari bahan-bahan organik, telah diawetkan dan tetap utuh selama delapan abad membuat penonton merasa takjub.

Di bagian “Peninggalan Suci”, seseorang dapat menemukan jejak kaki dan janggut Nabi Muhammad dan Alquran yang dianggap milik Hazret-i Osman dan Hazret-i Ali, dua dari empat khalifah Islam pertama. Salah satu Alquran dalam inventaris museum kemungkinan adalah Alquran tertua di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement