Rabu 25 Aug 2021 18:52 WIB

Sekutu Gagal Rayu Biden, Evakuasi Kabul Berakhir 31 Agustus

Biden menegaskan tidak akan memperpanjang batas waktu evakuasi di Afghanistan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Joe Biden.
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden AS Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID  WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) beradu pendapat dengan beberapa sekutu terdekatnya, terkait batas akhir evakuasi yang dijadwalkan pada 31 Agustus. Dalam pertemuan virtual dengan para pemimpin negara Kelompok Tujuh (G7), Presiden AS Joe Biden bersikeras bahwa tidak akan ada perpanjangan batas waktu evakuasi.

Biden bersikeras bahwa, risiko serangan teror terlalu besar untuk menyetujui seruan dari para pemimpin G-7 jika memperpanjang tenggat waktu evakuasi. Terlebih, Taliban sudah menekankan bahwa mereka tidak ingin ada perpanjangan waktu dalam proses evakuasi.

Baca Juga

Sebelumnya Inggris dan sekutu lainnya telah mendesak Biden untuk memperpanjang tenggat waktu penarikan pasukan dan proses evakuasi.  

“Kami akan terus berjalan sampai saat terakhir yang kami bisa,” kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Johnson secara terbuka melobi untuk memperpanjang tenggat waktu evakuasi. Johnson mengakui dia tidak dapat mempengaruhi Biden untuk memperpanjang kehadiran militer AS dalam proses evakuasi di Kabul. "Anda telah mendengar apa yang dikatakan presiden Amerika Serikat, Anda telah mendengar apa yang dikatakan Taliban,” kata Johnson.

Seorang pejabat senior Prancis yang berbicara secara anonim mengatakan, Presiden Emmanuel Macron telah mendorong untuk memperpanjang tenggat waktu evakuasi. Namun Prancis menyesuaikan dengan keputusan AS.

Ada kekecewaan dari para pemimpin G7 bahwa Biden tidak dapat memperpanjang operasi militer AS di bandara Kabul. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, negara Barat tidak dapat mengevakuasi warganya tanpa bantuan AS. "Saya ingin menekankan lagi bahwa tentu saja Amerika Serikat memiliki kepemimpinan di sini. Tanpa Amerika Serikat, kami dan negara lainnya tidak dapat melanjutkan misi evakuasi," kata Merkel.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement