Rabu 25 Aug 2021 14:16 WIB

KPK Disebut Hanya Beretorika dan tak Niat Cari Harun Masiku

MAKI menduga retorika KPK terus digunakan sampai masyarakat lupa kasus Harun Masiku.

Rep: Mabruroh/ Red: Agus raharjo
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman menunjukkan dua buah Iphone 11 untuk pemberi informasi keberadaan DPO KPK Harun Masiku dan Nurhadi di Gedung KPK, Jumat (21/2/2020).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman menunjukkan dua buah Iphone 11 untuk pemberi informasi keberadaan DPO KPK Harun Masiku dan Nurhadi di Gedung KPK, Jumat (21/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak serius dalam upaya menangkap buronan korupsi, Harun Masiku. Menurut Boyamin, klaim KPK yang mengaku mengetahui posisi Harun hanya sebatas retorika semata.

"Itu hanya retorika yang mbulet saja, memang sejak awal tidak niat nangkap, maka yang ada hanya retorika saja," kata Boyamin dalam keterangan tertulis, Rabu (25/8).

Boyamin menambahkan, klaim KPK yang mengaku mengetahui keberadaan buronan kasus korupsi pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR itu, KPK sangat tidak jelas. Dengan mengatakan Harun berada di luar negeri namun tidak bisa menangkap lantaran Covid-19, dalam sudut pandang Boyamin, KPK justru memperlihatkan ketidakmampuannya.

 

"Tidak jelas apa maunya, sekadar menutupi ketidakmampuannya dengan cara banyak memproduksi kata-kata," tegas dia.

Boyamin menduga, permainan retorika ini akan terus digunakan KPK sampai masyarakat melupakan kasus Harun Masiku. "Sampai rakyat lupa atau hingga kedaluwarsa 16 tahun lagi (korupsi kedaluwarsa 18 tahun, kasus ini telah berjalan 2 tahun)," sambungnya.

Boyamin kemudian mempertanyakan keterlibatan interpol dalam pencarian politikus PDIP itu. Menurutnya, klaim KPK bahwa pencarian Harun Masiku melibatkan Interpol pun hanya retorika.

"Permintaan red notice juga jelas (hanya) retorika, karena nyatanya nama HM tidak tayang di web Interpol. Diduga ada syarat-syarat yang belum dipenuhi sehingga dapat dikategorikan tidak serius dan kembali sebatas retorika," tegas dia.

Sebelumnya, Deputi Penindakan KPK, Karyoto mengeklaim mengetahui lokasi mantan caleg PDIP, Harun Masiku. Bahkan, Karyoto mengaku sangat bernafsu untuk menangkap buronan Interpol tersebut. Namun, ia berdalih tak bisa langsung menangkap Harun Masiku.

"Hanya saja karena tempatnya tidak di dalam (negeri), kami mau ke sana juga bingung. Pandemi sudah berapa tahun. Saya sangat nafsu sekali ingin menangkapnya. Kalau dulu Pak Ketua sudah perintahkan, saya berangkat," kata Karyoto dalam konferensi pers secara daring, Selasa (24/8).

Karyoto bahkan mengaku sudah memperoleh informasi keberadaan Harun Masiku sebelum salah seorang Kasatgas nonaktif KPK Harun Al Rasyid menyebut buronan tersebut terdeteksi berada di Indonesia. Informasi yang diperoleh Karyoto mengenai lokasi Harun Masiku sama dengan informasi yang diterima Harun Al Rasyid.

"Memang kemarin sebenarnya sudah masuk ya. Sebelum Harun Al Rasyid teriak-teriak saya tahu tempatnya, saya tahu tempatnya hampir sama informasi yang disampaikan rekan kami Harun dengan kami punya informasi sama," klaim Karyoto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement