Selasa 24 Aug 2021 15:16 WIB

25 Juta Dosis Vaksin Distok, Ini Pesan Menkes ke Daerah

Menkes minta daerah tidak atur sendiri masalah stok vaksin Covid-19

Pelajar mengikuti vaksinasi Covid-19 untuk pelajar sekolah di Yogyakarta, Selasa (24/8). Menkes Budi Gunadi minta pemerintah daerah mengikuti aturan vaksinasi pusat dan tidak menahan stok vaksin Covid-19.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pelajar mengikuti vaksinasi Covid-19 untuk pelajar sekolah di Yogyakarta, Selasa (24/8). Menkes Budi Gunadi minta pemerintah daerah mengikuti aturan vaksinasi pusat dan tidak menahan stok vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri

Kekurangan stok vaksin terdengar dari berbagai daerah di Tanah Air. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, sejumlah daerah sebenarnya belum kekurangan vaksin Covid-19. Bahkan, ada puluhan juta dosis vaksin dalam kondisi distok di beberapa daerah.

Baca Juga

Budi mengemukakan, pemerintah daerah tidak perlu memegang stok vaksin Covid-19. Sebab ketentuan penyuntikan dosis pertama dan kedua diatur oleh pemerintah pusat.

"Atas arahan Bapak Presiden, kita ingin menegaskan sekali lagi. Daerah tidak perlu memegang stok vaksin karena nanti akan diatur suntik keduanya dari pusat," kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan pers secara virtual, Selasa (24/8).

Budi mengatakan saat ini muncul laporan terkait kabupaten/kota yang sedang kekurangan vaksin dan ada pula yang merasa kekurangan vaksin. "Jadi, ada yang benar-benar kekurangan dan ada yang merasa kekurangan," katanya.

Untuk daerah yang merasa kekurangan vaksin, kata Budi, umumnya dikarenakan sebagian vaksin dialokasikan sebagai stok. "Begitu dia terima 1.000 dosis vaksin, dia suntik hanya 500 dosis, sisanya ditahan sebagai stok untuk suntik dosis kedua," katanya.

Menurut Budi, saat ini terdapat 25 juta dosis vaksin Covid-19 yang tersimpan sebagai stok di sejumlah daerah. Kewenangan untuk mengatur alokasi vaksin untuk kebutuhan penyuntikan dosis pertama dan kedua ada di pemerintah pusat.

"Pakai saja semuanya, disuntik sesuai dengan aturan. Jadi kalau kita bisa bilang sebagai suntik satu, lakukan sebagai suntik satu semuanya. Kalau ini sebagai suntikan kedua, lakukan sebagai suntikan kedua semuanya. Manajemen stoknya dilakukan di pusat," katanya.

Dalam proses distribusi vaksin menuju daerah, kata Budi, pemerintah pusat telah menentukan alokasi vaksin yang diperuntukkan bagi penyuntikan dosis pertama atau kedua. "Tapi ada daerah yang menjadikan vaksin dosis pertama sebagai stok dosis kedua. Itu yang menyebabkan ada stok yang cukup banyak sekitar 25 juta dosis di daerah-daerah," katanya.

Terkait situasi kekosongan vaksin di beberapa daerah, kata Budi, disebabkan keterlambatan pengiriman vaksin dari tingkat provinsi ke kota/kabupaten. "Pak Presiden mintanya kirim ke provinsi, dari provinsi mungkin butuh satu sampai dua hari, provinsi ada satu hari atau dua hari sudah sampai ke kota/kabupaten, tapi ada juga yang katanya seminggu ada yang lebih," katanya.

Menurut Budi, Kemenkes telah membuat perangkat digital berupa laporan distribusi vaksin Covid-19 agar bisa diakses oleh publik melalui laman vaksin.kemkes.go.id. "Oleh karena itu kita membuat transparansi dengan membuka stok nasional sampai ke level kabupaten/kota ini ada websitenya," katanya.

Terkait stok vaksin, Budi mengatakan hingga hari ini sudah 130 juta dosis Vaksin Covid-19 telah tiba di Indonesia. "Ada 130,3 juta dosis vaksin Covid-19 yang telah diterima Indonesia sampai sekarang," ujarnya.

Per kemarin sudah ada 116,4 juta dosis vaksin Covid-19 yang telah terdistribusikan di daerah dan yang sudah disuntikkan sekitar 91 juta. Ia mengakui masih ada stok sekitar 25 juta ada di daerah mulai dari tingkat provinsi, kabupaten, hingga kota. Kalau kecepatan vaksinasi 1 juta dosis per hari, dia melanjutkan, masih ada stok vaksin hingga 25 hari ke depan. "Itu sebenarnya cukup karena vaksin yang akan datang ke kita cukup banyak," katanya.

Ia menyebutkan, sebanyak 8,1 jutaan dosis vaksin sedang dalam perjalanan dan nanti akan diubah pengemasannya, termasuk mengurus perizinan batch dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kemudian pihaknya mencatat sekitar 5,3 jutaan dosis vaksin yang masih ada dalam stok di pusat.

Kemenkes menghitung selama September 2021, Indonesia akan mendapatkan lebih banyak vaksin yaitu sekitar 80,7 juta dosis. Vaksin yang akan masuk ke Tanah Air selama September 2021 rinciannya adalah produksi Bio Farma sekitar 23 juta dosis, vaksin jadi Sinovac dari China 25 juta dosis, kemudian mekanisme 19,3 juta, dan sisanya Vaksin AstraZeneca (AZ) hingga Pfizer yang akan masuk Indonesia.

"Saya rasa September akan menjadi puncak (masuknya vaksin) di mana kita dapat vaksin dari banyak produsen," ujarnya. Oleh karena itu, Budi meminta rakyat Indonesia dan pemerintah daerah tak usah khawatir dengan stok vaksinasi.

Kemenkes pasti akan mengirimkan vaksin ke daerah, termasuk mengirimnya di pekan ini. Kemenkes juga minta tolong agar distribusi begitu sampai ke pemerintah daerah termasuk di tingkat provinsi bisa berjalan lancar. Dia menambahkan, pemerintah provinsi dan pemda kabupaten/kota yang akan mendistribusikan vaksin sampai titik terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement