Selasa 24 Aug 2021 09:05 WIB

Fintech ALAMI Salurkan Hampir Rp 1 Triliun Pendanaan

Sampai saat ini, terdapat 70 ribu peminjam dana di fintech ALAMI.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Booth fintech syariah ALAMI. ALAMI telah menyalurkan pendanaan hampir Rp 1 triliun yang merupakan target pada 2021.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Booth fintech syariah ALAMI. ALAMI telah menyalurkan pendanaan hampir Rp 1 triliun yang merupakan target pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fintech peer to peer lending (P2P) ALAMI telah menyalurkan pendanaan hampir Rp 1 triliun yang merupakan target pada 2021. CEO ALAMI, Dima Djani mengatakan capaian tersebut tertinggi di industri P2P syariah.

"Kita sudah hampir disburse Rp 1 triliun, mungkin bulan depan tercapai, sekarang sudah di atas Rp 900 miliar, saya rasa itu tertinggi di Indonesia dan juga dunia untuk P2P syariah," katanya dalam Sharia Inspirative Talks KNEKS, Senin (23/8).

Dima mengatakan ALAMI telah mengalami peningkatan signifikan dan pesat sejak berdiri sekitar 2019. ALAMI juga telah banyak melampaui pencapaian fintech-fintech yang telah lebih dahulu berdiri.

Hingga saat ini ada sekitar 70 ribu peminjam dana yang meliputi kelompok UMKM, mulai dari petani, nelayan, dan lainnya. Tingkat TKB90 juga sempurna 100 persen, artinya tidak ada rasio pembiayaan bermasalah, tanpa write off.

Menurutnya, hal itu karena keseriusan dan niat dalam menjalankan strategi bisnis keuangan syariah. ALAMI fokus pada menyebarkan manfaat dan inklusi syariah seluas-luasnya dengan layanan yang sangat kompetitif.

"Layanan syariah itu di fintech justru sangat kompetitif, tidak ada istilah syariah lebih mahal di P2P, malah syariah itu paling murah," katanya.

Dima mengatakan, langkah strategis juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan investor. Seperti baru-baru ini, ALAMI membeli Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan akan mengelolanya sebagai bank digital yang diberi nama Hijra.

Selain itu, ALAMI juga sedang mengupayakan ekspansi secara global. Dima mengatakan ALAMI sedang menjajaki pasar P2P di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Mesir, hingga Turki. Menurut dia, likuiditas pasar di sana cukup besar.

"Kami sudah ke sana, dan banyak berkonsultasi dengan para otoritas di sana," katanya.

Target market baru ini dipilih karena memiliki karakteristik yang mirip dengan Indonesia, dengan literasi keuangan syariah yang sudah cukup mumpuni juga jumlah penduduknya yang cukup besar. Menurutnya, pasar P2P Timur Tengah juga baru menggeliat sehingga banyak potensi yang muncul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement