Senin 23 Aug 2021 15:44 WIB

Jepang Evakuasi Warganya dari Afghanistan

Pesawat militer Jepang dijadwalkan diutus untuk melakukan penjemputan hari ini.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan ini, anggota militer Inggris dan AS terlibat dalam evakuasi orang keluar dari Kabul, Afghanistan pada Jumat, 20 Agustus 2021.
Foto: AP/Ministry of Defence
Dalam foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan ini, anggota militer Inggris dan AS terlibat dalam evakuasi orang keluar dari Kabul, Afghanistan pada Jumat, 20 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang akan mengevakuasi warganya dari Afghanistan. Sebuah pesawat militer dijadwalkan diutus untuk melakukan penjemputan pada Senin (23/8).

“Transportasi ini merupakan tindakan kemanusiaan yang mendesak untuk mengevakuasi warga negara kita dalam situasi luar biasa,” kata sekretaris kabinet Jepang Katsunobu Kato dalam sebuah konferensi pers.

Baca Juga

Dia tak mengungkapkan, berapa banyak warga Jepang yang bakal dievakuasi dari Afghanistan. Namun Kato menyebut, negaranya bakal mengutus pesawat militer lainnya untuk menjemput, tidak hanya warga Jepang, tapi juga warga Afghanistan yang bekerja di kedutaan atau misi diplomatik Jepang di sana.

Jepang telah menutup kedutaan besarnya di Afghanistan. Langkah itu diambil setelah Taliban mengambil alih kontrol atas negara tersebut. Jepang sudah mengevakuasi 12 personel diplomatiknya. Namun sejumlah warganya masih berada di sana.

Sebelum Jepang, sejumlah negara Eropa, termasuk Amerika Serikat (AS), sudah mengevakuasi warga dan para diplomatnya dari Afghanistan. Ketidakstabilan yang terjadi pasca keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan menjadi alasan utama di balik tindakan tersebut.

Tak hanya warga asing, ribuan penduduk Afghanistan juga berusaha meninggalkan negaranya. Mereka enggan harus hidup di bawah kendali Taliban. Krisis terjadi di bandara Kabul karena mereka berupaya merangsek masuk dan menumpang pesawat asing yang melakukan misi evakuasi.

 

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement