Ahad 22 Aug 2021 00:30 WIB

Bandara Bahrain Izinkan Pesawat Angkut Pengungsi Afghanistan

Bandara Bahrain Izinkan Pesawat Angkut Pengungsi Afghanistan

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Hafil
Bandara Bahrain Izinkan Pesawat Angkut Pengungsi Afghanistan. Foto:  Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Udara AS ini, tentara, yang ditugaskan di Divisi Lintas Udara ke-82, tiba untuk memberikan keamanan dalam mendukung Operasi Pengungsi Sekutu di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Jumat, 20 Agustus 2021.
Foto: Senior Airman Taylor Crul/U.S. Air Force via
Bandara Bahrain Izinkan Pesawat Angkut Pengungsi Afghanistan. Foto: Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Udara AS ini, tentara, yang ditugaskan di Divisi Lintas Udara ke-82, tiba untuk memberikan keamanan dalam mendukung Operasi Pengungsi Sekutu di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Jumat, 20 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kerajaan Bahrain mengizinkan pesawat Amerika Serikat (AS) menggunakan bandaranya untuk keperluan transit dalam evakuasi dari Afghanistan. Langkah ini diambil setelah AS menghadapi masalah dalam proses evakuasi di Qatar.

"(Kerajaan Bahrain) mengizinkan penerbangan menggunakan fasilitas transit di Bahrain," demikian bunyi pernyataan resmi Kerajaan Bahrain yang dirilis Sabtu (21/8) pagi sebagaimana dikutip Arab News.

Baca Juga

Bahrain, sebuah negara pulau di Teluk Arab, adalah rumah bagi Armada ke-5 Angkatan Laut AS. Adapun pernyataan itu dirilis ketika AS dipusingkan dengan penuhnya Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar oleh warga sipil yang kabur dari Afghanistan sejak Jumat.

Kerajaan Bahrain juga mengatakan, pihaknya berharap agar semua pihak untuk menstabilkan situasi internal (di Afghanistan). Semua pihak juga diminta untuk "melindungi kehidupan warga sipil dan supremasi hukum.”

Baca juga : Mengenal Jaringan Haqani, Milisi Ditakuti di Tubuh Taliban

Afghanistan berkecamuk dalam sepekan terakhir usai Taliban mengambil alih pemerintahan. Warga sipil Afghanistan kabur ke berbagai negara karena takut dengan cara Taliban memerintah, sebagaimana ketika mereka dulu berkuasa 1996-2001. Ketika itu, Taliban menerapkan hukum syariat Islam secara ketat dan juga diskriminatif kepada kelompok minoritas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement