Sabtu 21 Aug 2021 03:17 WIB

Merdeka dari Rentenir Lewat Keuangan Syariah

Merdeka dari rentenir tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Ekonomi syariah (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Lintah darat atau rentenir adalah satu dari sekian masalah mendasar yang sampai hari ini masih menjerat masyarakat. Rentenir umumnya memberikan pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi kepada masyarakat. Di era digital saat ini, yang semakin mengkhawatirkan adalah fakta bahwa rentenir tidak hanya menjelma secara individual, namun juga hadir dalam bentuk instansi hingga startup melalui pinjaman online yang menyengsarakan.

Ketua Komite Kepemudaan PP MES, Arief Rosyid Hasan menyampaikan, Indonesia sudah 76 tahun merdeka namun masih banyak masyarakat yang belum merdeka. Maka sudah sepantasnya ini menjadi perhatian generasi muda syariah dalam menjawab tantangan tersebut dan mendukung pemerintah dalam memberikan solusi terhadap permasalahan ini.

"Kolaborasi dengan pegiat ekonomi syariah maupun berbagai organisasi kepemudaan dalam membangun ekonomi dan keuangan syariah adalah jalan yang harus kita tempuh," katanya dalam Serial Ekonomi Kemerdekaan yang diselenggarakan Rabu Hijrah setiap Rabu dari 11-25 Agustus 2021.

Walikota Banda Aceh dan Ketua PW MES Aceh, Aminullah Usman membenarkan bahwa fenomena rentenir tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia tanpa terkecuali. Menurutnya, merdeka dari rentenir tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Namun, ia mengajak untuk tidak berputus asa karena Rasulullah SAW pun mampu memerdekakan umatNya pada saat itu. "Di Aceh sendiri, sosialisasi hukum cambuk bagi para rentenir sedang kami ajukan, perlu ada komitmen dan keyakinan bahwa bersama-sama, kita mampu membasmi rentenir dari Tanah Air," ungkapnya.

Direktur Bank Syariah Indonesia (BSI), Anton Sukarna menyampaikan bahwa sebagai instansi, perbankan syariah hadir untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dengan semangat meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Menurutnya, pertumbuhan industri perbankan syariah nasional mulai menunjukkan perbaikan.

"Saya selalu optimis terhadap pertumbuhan industri ekonomi syariah, termasuk perbankan di dalamnya," katanya.

Jumlah penduduk Muslim di Indonesia berkisar di angka 229 juta, yang artinya 87,2 persen dari total populasi. Ditambah lagi besarnya ekosistem pesantren dan masjid di negeri in yang sangat mungkin dikolaborasikan dengan perbankan syariah.

Dua hal ini merupakan potensi yang besar untuk mengembangkan industri ekonomi dan keuangan syariah secara umum. Menurut Rektor Institut Agama Islam TAZKIA, Murniati Mukhlisin, rentenir bisa hidup dimana saja memanfaatkan kebutuhan masyarakat yang mendesak.

"Oleh sebab itu, untuk menjawab kegelisahan masyarakat akan aksi rentenir, setiap dari kita dituntut untuk memberikan solusi kepada masyarakat melalui pendekatan ekonomi syariah," katanya.

Murniati mengatakan, saat ini, rentenir berkedok syariah seperti fintech ilegal banyak beredar di tengah masyarakat. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama yaitu untuk meningkatkan digitalisasi ekonomi syariah, sambil terus memberikan literasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjadi terbebas dari belenggu rentenir.

Ketua Umum Korps Alumni FoSSEI, Akhmad Akbar Susamto dan Rektor UNU dan Ketua PW MES NTB, Baiq Mulianah juga sepakat bahwa perlunya bergotong royong untuk embebaskan negeri Indonesia tercinta dari praktek lintah darat yang menyulitkan masyarakat dan membuat kemiskinan. Upaya ini perlu dukungan dari seluruh elemen masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement