Jumat 20 Aug 2021 15:23 WIB

Pandemi Picu Peningkatan Permintaan Susu Sapi di Boyolali

Peternak sapi di Boyolali mengaku, permintaan susu selama pandemi naik 50 persen.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Erik Purnama Putra
Peternak menuangkan hasil perahan susu sapi di Desa Karangkendal, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (19/8/2021).
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Peternak menuangkan hasil perahan susu sapi di Desa Karangkendal, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (19/8/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Permintaan susu sapi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19. Hal itu berbanding lurus dengan meningkatnya konsumsi susu di masyarakat, karena dinilai dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari paparan Covid-19.

Kepala Bidang (Kabid) Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Gunawan Andriyanto, mengatakan, secara nasional produksi susu sapi untuk industri pengolah susu di Indonesia hanya 20 persen yang bisa dicukupi dalam negeri.

Sedangkan 80 persen masih harus diimpor dari negara lain seperti, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Kanada. Gunawan menyatakan, ada tren peningkatan permintaan di Kabupaten Boyolali.

Pada saat pandemi seperti sekarang, sambung dia, kondisi negara penghasil susu mengalami gangguan, baik distribusi maupun produksi. Hal itu mengakibatkan suplai susu ke Indonesia agak berkurang sehingga permintaan susu di dalam negeri meningkat.

"Memang kesadaran masyarakat kita untuk mengkonsumsi susu cukup tinggi. Karena ada keyakinan bahwa dengan mengkonsumsi susu dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan imunitas sehingga permintaan susu juga cukup meningkat," terang Gunawan di Kabupaten Boyolali, Jumat (20/8).

Gunawan menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir Kabupaten Boyolali memiliki jumlah sapi perah sebanyak 94 ribu ekor. Jumlah tersebut tetap konsisten selama tiga tahun meskipun ada peningkatan sekitar 0,5 hingga 1 persen.

Dari 94 ribu ekor sapi di Boyolali, mampu menyumbangkan 49 ribu ton per tahun setara 136 ton per hari, tertinggi di Jawa Tengah atau menyumbang 49 persen di Jawa Tengah.

"Dari segi topografis kesesuaian wilayah memang perkembangan susu di Kabupaten Boyolali terkonsentrasi di Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk, Tamansari, Ampel, Mojosongo dan sedikit di Boyolali Kota," ucapnya.

"Selain dengan kesesuaian suhu dan juga daya dukung pakan ternak karena daerah tegalan, jadi untuk budidaya pakan ternak itu sangat cocok sebagai pendorong utama perkembangan industri sapi perah," kata Gunawan menambahkan.

Susu yang dihasilkan sapi perah berkualitas, akan mempengaruhi pada banyaknya industri pengolah susu (IPS) seperti Bendera, Garuda, SoGood. Sebab, agar bisa masuk ke IPS, susu harus memenuhi banyak kriteria kualitas.

Di antaranya, kandungan protein, kandungan lemak, dan kadar kuman maksimal. Untuk itu, Pemkab Boyolali melakukan berbagai pelatihan kepada peternak sapi perah untuk dapat menghasilkan susu yang berkualitas, baik kuantitas maupun kualitas.

"Meningkatkan kualitas bibit sapi perah melalui pelayanan inseminasi buatan, pelayanan kesehatan hewan dan juga pendampingan di dalam uji kualitas susu," jelasnya.

Salah satu peternak sapi perah, Sri Suparti, mengaku, senang dengan adanya peningkatan permintaan susu oleh konsumen. Warga Dukuh Kepalon, Desa Karangkendal, Kecamatan Tamansari yang juga pegawai KUD Musuk, ini mengalami, peningkatan permintaan sampai 50 persen sejak awal Juni 2021.

"Kalau sesuai harga kualitasnya tinggi sekali untuk pengiriman atau setor ke KUD itu sesuai dengan kualitas, ada yang kualitas A, B dan C. Yang paling tinggi itu kualitas A itu dihargai Rp 6.000 (per kilogram), kualitas B Rp 5.700 dan kualitas C Rp 5.500," ucap Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement