Jumat 20 Aug 2021 12:48 WIB

PPP: Demokrasi tanpa Kesejahteraan adalah Demokrasi Gagal

Bagi PPP, berdemokrasi bukanlah melayani segelintir elite yang berkuasa.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa menyampaikan sambutan saat bersilaturahmi dengan simpatisan Partai Persatuan Pembangunan di Padang, Sumatra Barat, Kamis (27/6/2019) malam.
Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa menyampaikan sambutan saat bersilaturahmi dengan simpatisan Partai Persatuan Pembangunan di Padang, Sumatra Barat, Kamis (27/6/2019) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,

 

 

Soeharso: PPP Memikul Tugas Sejarah Penting Dalam Merawat Persatuan

 

JAKARTA -- Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa, mengaku partainya memikul tugas sejarah penting dalam merawat persatuan Indonesia. Ia menuturkan, pada Desember 2020 lalu dalam sebuah survei yang melibatkan 2.600 responden dari seluruh provinsi di Indonesia, PPP mendapat amanat dari masyarakat.

PPP mendapat amanat untuk peduli, bersimpati membela dan mewakili umat islam merawat kemajemukan dan melindungi kalangan minoritas, dan serta selalu ada di tengah dan bersama masyarakat. "Amanat itu seperti tumbu bertemu tutupnya, klop dan serasi sejalan dengan komitmen PPP untuk membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin. Islam adalah rahmat bagi sesama semua dan semesta," kata Suharso dalam peringatan HUT Center for Strategic and International Studies (CSIS), secara daring, Jumat (20/8).

 

Suharso mengajak seluruh masyarakat mengakhiri krisis ketiadaan penghormatan terhadap perbedaan yang mengganggu dan mencederai bangsa dalam beberapa tahun terakhir. Ia menegaskan bahwa berbeda tidak berarti bermusuhan. "Kemajemukan dan perbedaan bukanlah zona tanpa toleransi," ujarnya.

 

Ketum PPP menambahkan, partai berlambang Ka'bah juga terpanggil untuk membuktikan bahwa demokrasi adalah instrumen atau cara berlomba mewujudkan kebaikan dan kebajikan. Menurutnya, demokrasi bukan alat untuk memecah belah, juga bukan alat untuk saling mencaci membenci.

 

"Demokrasi wajib dijadikan instrumen untuk saling mendukung memuliakan dan saling membesarkan dengan berlomba-lomba menebar manfaat dan kemaslahatan bagi sesama dan semesta," ungkapnya.

 

Selain itu. Suharso menjelaskan PPP juga terpanggil oleh sejarah untuk menegaskan kebaikan dan kebajikan demokrasi yang terpokok adalah mengorientasikan langkah dan kebijakan pada umat, rakyat dan bangsa. Bagi PPP, berdemokrasi bukanlah melayani segelintir elite berkuasa.

 

"Berdemokrasi adalah proses pembuktian bahwa tak ada satupun, tak ada satu orang pun, tak ada satu pihak pun yang tertinggal atau ditinggal, no one left behind," tegasnya.

 

Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional tersebut juga menjelaskan partainya terpanggil sejarah untuk membuktikan bahwa fungsi terpokok dari demokrasi adalah menyejahterakan umat, memuliakan rakyat, dan membangun bangsa. Suharso menegaskan, demokrasi wajib menghasilkan kesejahteraan.

 

"Demokrasi tanpa kesejahteraan demokrasi yang gagal. PPP terpanggil sejarah untuk membuktikan bahwa demokrasi adalah pohon dengan buah yang manis, bukan pohon berbuah yang pahit, apalagi beracun," tegas Ketum PPP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement