Jumat 20 Aug 2021 05:03 WIB

Dipanggil Waka Bakin Ali Murtopo Yang Mau Bubarkan HMI

Ternyata Ali Murtropo pernah ingin bubarkan HMI.

Ali Moertopo (kiri), raja intel Orde Baru mata dan telinganya Soeharto.
Foto: istimewa
Ali Moertopo (kiri), raja intel Orde Baru mata dan telinganya Soeharto.

IHRAM.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Sejarawan dan Budayawan Betawi.

Itu hari pada akhir 1974. Sejak terpilih medio tahun itu aku digoda waswas, apakah aku akan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terakhir?

Pasalnya, sejak deklarasi Komite Nasional Pemuda Indonesia 23 Juli 1973,  di mana aku ikut tanda tangan selain pimpinan ormas mahasiswa yang lain sebagai perorangan dan bukan wakil ormas, tokoh-tokoh pemerintah selalu berkata KNPI akan jadi wadah tunggal kepemudaan. Apalagi Waka Bakin Ali Murtopo kala itu sudah menandaskan, KNPI satu-satunya rumah baru bagi seluruh mahasiswa dan pemuda Indonesia.

"Tinggalkanlah rumah-rumah lama," kata Pak Ali. Dalam konteks ini tentu HMI  tergolong rumah lama.

 

Koran Sinar Harapan memuat setengah halaman hasil wawancara aku dengan wartawan seniornya. Aku tolak gagasan Ali Murtopi. Kok ormas seperti HMI yang ikut tumpas pemberontakan PKI 1948 di Madiun disuruh bubar begitu saja? HMI pun berjuang habis-habisan menghadapi teror PKI dan kemudian pemberontakan Gestapu/PKI 1965.

HMI yg dipimpin Ahmad Tirtosudiro sejak awal berdiri 5 Februari 1947 hingga PKI berontak di Madiun 1948 tak tinggal diam dalam setiap masalah yang dihadapi bangsa. Untuk ikut menumpas PKI di Madiun, Ahmad Tirtosudiro dirikan CM atau Corps Mahaiswa. Jabatan Ketua HMI diserahkan pada Mintareja. 

Aku diberi tahu seseorang pada Desember 1974 bila harus menghadap Ali Murtopo di sebuah gedung di Jl Tanah Abang II.

Baca juga : Kabareskrim Tanggapi Polisi Buru Pembuat Mural Jokowi

Pada waktu yang dijanjikan aku tiba di tempat. Di ruang yang ditentukan sudah berkumpul enam  orang yang kukenal. Mereka persilahkan aku duduk di sekitar mrk. Masih ada satu kursi kosong. "Ini tentu untuk Pak Ali," pikirku. Seraya menunggu tak ada pembicaraan dengan mereka.

Tiba-tiba terdengar suara Pak Ali dari dalam ruang. "I'm very curios." Kemudian pintu terbuka terlihat wajah Pak Ali sambil berjalan menuju kursi kosong ia lanjut bicara. Saidi, I'm very curious,'' kata Pak Ali sembari duduk.

"What's happened to you, Saidi?  Saya mau bikin rumah baru, kenap you menolak?"

Ridwan Saidi (RS): Saya tidak menolak. Bikin rumah baru urusan bapak, tapi jangan bapak bakar rumah-rumah lama."

Ali Murtopo dan semua yang hadir hanya diam. Lalu Ali Murtopo tanpa menolehku bicara soal lain pada mereka yang hadir. Aku paham dan permisi pulang. Aku jalan kaki menuju ujung timur Jl Tanah Abang II mau cegat oplet ke Sawah Besar. Aku mau pulang dan istirahat. Pertarungan yang berat telah aku lampaui.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement