REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Militer China memulai latihan militer di Laut China Selatan yang disengketakan pada Rabu.
Dalam sebuah pernyataan oleh Kementerian Pertahanan China, Administrasi Keselamatan Maritim di Provinsi Hainan mengatakan, masuknya kapal sipil ke dalam zona maritim tempat Tentara Pembebasan Rakyat mengadakan latihan militer dilarang sampai latihan berakhir.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa Amerika Serikat melakukan survei Laut China Selatan hampir setiap hari pada paruh pertama tahun ini.
Pada awal Agustusi, China telah menunjuk orang luar sebagai penyebab masalah di Laut China Selatan yang disengketakan.
“Berkat upaya bersama China dan ASEAN, situasi di Laut China Selatan secara umum tetap stabil dengan kebebasan navigasi dan penerbangan yang dilindungi dengan baik oleh hukum,” kata Kementerian Luar Negeri China.
"Tetapi beberapa negara di luar kawasan mencoba membuat kekacauan dengan ikut campur dalam sengketa maritim dan menabur perselisihan di antara negara-negara kawasan," kata tambah kementerian itu.
Dia menambahkan, Laut China Selatan tidak dan tidak boleh menjadi medan pertempuran untuk kekuatan besar.
Laut China Selatan diklaim oleh Beijing dan beberapa negara regional lainnya, sementara operasi angkatan laut AS yang terus berlanjut di Selat Taiwan, bagian dari laut yang disengketakan, telah membuat China marah.
Pernyataan China didasarkan pada sembilan garis putus-putus atau garis ungu pada peta resmi China yang menunjukkan klaim historis Beijing di laut.
Sementara itu, pada Kamis pagi, China meluncurkan dua satelit Tianhui-2 Grup 02 ke orbit saat ini melalui roket Long March-4B dari Pusat Peluncuran Satelit Taiyuan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
