Kamis 19 Aug 2021 10:15 WIB

Menko Airlangga Jelaskan Alasan Neraca Perdagangan Surplus

Neraca perdagangan Indonesia surplus 2,59 miliar dolar AS pada Juli 2021.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agus raharjo
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan pengarahan dalam penyerahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BNI kepada alumni program Kartu Prakerja di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (8/4/2021). Pemberian KUR tersebut menambah portofolio penyaluran KUR BNI yang hingga 31 Maret 2021 telah mencapai Rp7,1 triliun bagi 72 ribu penerima di seluruh Indonesia.
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan pengarahan dalam penyerahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BNI kepada alumni program Kartu Prakerja di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (8/4/2021). Pemberian KUR tersebut menambah portofolio penyaluran KUR BNI yang hingga 31 Maret 2021 telah mencapai Rp7,1 triliun bagi 72 ribu penerima di seluruh Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ekspor dan impor Indonesia pada Juli 2021 tumbuh tinggi secara year on year (yoy). Kinerja ekspor tumbuh sebesar 29,32 persen yoy, lalu impor tumbuh sebesar 44,44 persen yoy. Peningkatan terbesar ekspor Indonesia pada Juli tahun ini terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang meningkat sebesar 614,0 juta dolar AS.

Peningkatan ini terutama berasal dari India yang aktivitas ekonominya mulai kembali pulih pascamelandainya penyebaran varian delta. India sekaligus menjadi negara tujuan ekspor yang mengalami peningkatan tertinggi dengan nilai sebesar 272,7 juta dolar AS, diikuti Pakistan dengan nilai sebesar 91,6 juta dolar AS, dan Taiwan sebesar 88,6 juta dolar AS.

Peningkatan terbesar impor pada Juli 2021 terjadi pada produk farmasi (HS 30) senilai 185,9 juta dolar AS yang didominasi oleh impor vaksin mencapai 150 juta dolar AS. Negara asal impor nonmigas yang peningkatannya paling besar yaitu India (111,8 juta dolar AS), Argentina (20 juta dolar AS), dan Spanyol (15,4 juta dolar AS).

Menurut Airlangga, impor vaksin yang tumbuh tinggi membuktikan keseriusan pemerintah dalam mendorong akselerasi vaksinasi yang merupakan salah satu kunci utama penanganan Covid-19. “Melesatnya pertumbuhan ekspor dan impor menunjukkan penguatan fundamental pemulihan ekonomi akibat membaiknya permintaan ekonomi global dan domestik," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (18/8)

Airlangga menambahkan, selain itu, harga komoditas utama yang kembali menguat khususnya Batubara (tumbuh 194,74 persen yoy), CPO (tumbuh 52,33 persen yoy), dan timah (tumbuh 94,74 persen) turut mendorong performa ekspor Indonesia. Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini menegaskan, guna senantiasa meningkatkan performa pada ekspor dan impor, Indonesia akan terus melakukan optimalisasi pada setiap perjanjian kerja sama internasional yang telah diberlakukan.

Salah satu perjanjian bilateral dengan prospek manfaat besar bagi pelaku usaha yakni Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang telah berlaku setahun lalu atau tepatnya 5 Juli 2020. Perjanjian itu mencakup komitmen komprehensif meliputi perdagangan barang dan jasa serta investasi.

“Dengan IA-CEPA, Australia mengeliminasi 100 persen tarif bea masuk pada seluruh komoditas yang berasal dari Indonesia. Oleh karena itu, pelaku usaha diharapkan mampu memanfaatkan semaksimal mungkin peluang tersebut untuk memacu performa ekspornya ke Australia” tuturnya.

Airlangga mencatat, hingga semester I 2021, ekspor Indonesia ke Australia mencapai 1,61 miliar dolar AS. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 41,87 persen pada periode sama tahun lalu yang hanya mencapai 1,14 miliar dolar AS. Airlangga yang juga Ketua DPP Partai Golkar ini berharap pemberlakuan IA-CEPA mampu mendorong pembentukan economic powerhouse bagi kedua negara sehingga ekspor dapat ditingkatkan melalui ekspansi pasar ke berbagai negara.

"Bagi Indonesia, sinergi dari seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan dalam memperoleh manfaat atas skema perjanjian kerja sama tersebut,” ujar Airlangga.

Performa ekspor dan impor yang impresif juga sejalan dengan Neraca Perdagangan Indonesia yang kembali mengalami surplus sebesar 2,59 miliar dolar AS pada Juli 2021. Ini menjadi surplus Indonesia selama 15 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus tersebut khususnya dialami Indonesia dengan beberapa mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat (1,27 miliar dolar AS), Filipina (0,53 miliar dolar AS) dan Malaysia (0,40 miliar dolar AS). Sementara, Indonesia masih mengalami defisit dengan China (0,84 miliar dolar AS), Australia (0,45 miliar dolar AS), dan Thailand (0,27 miliar dolar AS).

Performa perdagangan internasional Indonesia yang tetap kokoh tersebut, sambungnya, akan menjadi penopang ketahanan sektor eksternal Indonesia sekaligus menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi ke depan. "Pemerintah akan terus menciptakan ekosistem yang kondusif guna mempertahankan performa ekspor dan impor melalui insentif-insentif bagi dunia usaha dan melalui penanganan Covid-19 yang efektif dan terukur," tegas Airlangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement