Kamis 19 Aug 2021 07:29 WIB

Jurus Jitu Cegah Klaster Keluarga

Skrining rutin pun perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus.

Tenaga kesehatan siap melakukan tes usap antigen (ilustrasi).
Foto: dok Abbott Panbio
Tenaga kesehatan siap melakukan tes usap antigen (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir-akhir ini kasus klaster keluarga merupakan kontributor terbesar kasus Covid-19 di Indonesia. Untuk itu perlu upaya khusus untuk mencegah penyebaran virus Covid 19 dalam keluarga.

Dokter Andira Utami, seorang konsultan kesehatan dan inisiator Gerakan Pintar Sehat Peduli, memberikan sejumlah tip agar dapat meminimalkan penyebaran virus Covid-19 ini dalam keluarga. ''Pertama, pastikan keamanan orang dewasa yang harus menjaga anak kecil di rumah,'' ujarnya dalam keterangan pers, Kamis (19/8). 

Kedua, lanjutnya, aturan pencegahan yang spesifik adalah cuci tangan dengan cara yang benar. Selanjutnya, saat memasak diusahakan sampai tingkat kematangan optimal karena kuman tidak bisa dilihat secara kasatmata. 

Jangan lupa pula berolahraga untuk meningkatkan imun serta makan makanan bergizi. ''Tidak mengapa persiapan memasak menjadi lebih lama karena untuk mendapatkan multivitamin alami, yang bisa memperkuat ketahanan tubuh kita,'' kata dia.

Selain itu, perlu juga skrining rutin terutama untuk anggota keluarga yang rutin bekerja di luar rumah (WFO). “Seluruh anggota keluarga saat ini memiliki risiko terkena Covid-19. Karena itu skrining dengan tes antigen dianjurkan rutin dilakukan. Apalagi jika ada anggota keluarga yang terpaksa masih harus selalu keluar rumah. Skrining ini berfungsi untuk mencegah lebih meluasnya Covid-19,” tambah dr Andira.

Namun, melakukan tes usap antigen dalam keluarga juga bukan persoalan sepele. Tes usap dengan metode nasofaring yang umum dikenal masyarakat sering menjadi momok tersendiri karena dianggap tidak nyaman atau menyakitkan terutama bagi orang yang baru pertama kali menjalani tes serta bagi anak-anak dan lansia. 

Dokter Andira yang sering menangani tes usap di lapangan mengakui, pasien yang takut biasanya akan memberi reaksi dengan gerakan tubuh mundur atau menjauh. Hal seperti ini bisa membuat pengambilan sampel menjadi tidak presisi. Apalagi jika sang pasien kemudian bersin-bersin. Selain menjadikan pengambilan sampel tidak tepat, respons itu juga menyebarkan risiko penularan kepada tenaga kesehatan (nakes) melalui droplet yang mereka sebarkan.

Alat tes antigen nasal yang lebih ramah bagi pasien memberikan solusi, karena jenis pengambilan sampel nasal mudah dilakukan yaitu hanya di dinding hidung dengan kedalaman dua sentimeter dari permukaan. “Antigen nasal ini sangat solutif dan membuat kita yang di lapangan menjadi lebih senang. Ini temuan yang sangat bermanfaat baik bagi orang dewasa maupun anak-anak yang notabene sangat sulit. Tes antigen nasal tidak sakit dan sama sekali tidak menyeramkan,” ujar dokter Andira.

Agar lebih nyaman menjalani tes usap antigen, alat tes Abbott Panbio Antigen Nasal bisa menjadi pilihan karena nyaman dan aman. Saat ini Abbott Panbio Antigen Nasal diklaim sebagai satu-satunya produk antigen nasal yang telah mendapat rekomendasi Emergency Used Listing (EUL) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, seperti dilansir dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Directorate-General for Health and Food Safety Uni Eropa, Abbott Panbio Antigen Nasal juga masuk dalam daftar rapid test antigen Covid-19 yang disetujui oleh Komite Keamanan Kesehatan Uni Eropa dan telah disepakati oleh 27 negara anggotanya pada 23 Juli 2021. Abbott Panbio Antigen Nasal sendiri memiliki sensitivitas 98,1 persen dan spesifisitas 99,8 persen.

Dengan alat tes yang nyaman, maka skrining rutin pun akan lebih mudah dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. "Inilah gaya hidup baru yang adaptif, kita harus selalu mitigasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak kita inginkan. Apalagi bagi yang masih aktif bekerja di luar, swab antigen sudah menjadi rutinitas," ujar Andira.

sumber : siaran pers
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement