Kamis 19 Aug 2021 05:55 WIB

3 Fakta Iran dan Taliban Pernah Bermusuhan Hingga Perang 

Hubungan antara Iran dan Taliban pernah memburuk.

Hubungan antara Iran dan Taliban pernah memburuk. Taliban berpatroli di lingkungan Wazir Akbar Khan di kota Kabul, Afghanistan.
Foto: AP/Rahmat Gul
Hubungan antara Iran dan Taliban pernah memburuk. Taliban berpatroli di lingkungan Wazir Akbar Khan di kota Kabul, Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, - Jika beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan mesranya Taliban dan Iran, tetapi ketahuilah bahwa hubungan antara keduanya pernah sangat memburuk. 

Bahkan pernah terjadi pertumpahan darah antara kedua entitas tersebut saat Taliban berkuasa 1996-2001. Berikut ini konfrontasi fisik antara Iran dan Taliban yang dirangkum Republika.co.id:  

Baca Juga

Pertama, pembunuhan sembilan diplomat Iran. Sembilan diplomat Iran yang hilang sejak Agustus 1998 ternyata ditemukan meninggal dunia. Taliban, mengaku bertanggung jawab terhadap kematian para diplomat Iran tersebut.

Jenazah para diplomat  itu ditemukan di dekat kota kecil Mazar-i-Sharif, Afghanistan Utara, yang direbut Taliban dari faksi oposisi pada Agustus 1998. Tidak disebutkan secara pasti kapan persisnya jenazah para diplomat tersebut ditemukan.

Namun Taliban membantah pernyataan Iran bahwa diplomat itu dibunuh atas perintah pemimpin tertinggi Talib, Mullah Mohammad Omar. Taliban pun menyatakan siap memulangkan jenazah diplomat Iran tersebut.

Pihak Iran sendiri menuntut hak untuk dapat menanyai pihak yang bertanggung jawab. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mengumumkan hari berkabung selama tiga hari. Iran  berjanji negaranya akan membalas dendam atas kematian para diplomat. 

Baca juga : Jubir JK Luruskan Kabar Bohong yang Dibuat Warganet

Kedua, perang tiga jam pada Kamis 8 Oktober 1998 sebagai aksi balas dendam atas pembunuhan sembilan diplomat. Pejuang Taliban menyerang sebuah pos perbatasan Iran di Saleh-Abad, wilayah Torbat-e-Jam di sebelah utara propinsi Khorasan, dengan senapan mesin dan mortir.

Puluhan ribu Pasukan Revolusioner telah berada di sepanjang perbatasan sejak Agustus lalu setelah pemimpin Iran mengancam akan membalas dendam terhadap pembunuhan para diplomat. Selain pasukan elit itu, sekitar 200 ribu pasukan militer dikerahkan pula di perbatasan untuk melancarkan manuver yang rencananya akan berlangsung selama 10 hari.

Ketiga, rencana pembangunan jaringan pipa senilai 4,5 miliar dolar AS yang akan membawa minyak dan gas Laut Kaspia melewati Afghanistan ke anak benua India. Jalur ini menguntunkan Amerika Serikat karena tidak melewati Iran yang menjadi musuh Taliban dan Amerika Serikat, sebagaimana diungkap Dan Morgan dan David B. Ottoway dari Washington Post pada 1998.   

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement