Rabu 18 Aug 2021 21:24 WIB

PWNU Ungkap Harmoni Antarumat Beragama di Papua

Kerukunan umat beragama di Papua diwariskan turun menurun

Kerukunan umat beragama di Papua diwariskan turun menurun. Ilustrasi Masjid Agung Babussalam Timika, Papua.
Foto: SEVIANTO PAKIDING/ANTARA
Kerukunan umat beragama di Papua diwariskan turun menurun. Ilustrasi Masjid Agung Babussalam Timika, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua, Dr Toni Wanggai, mengatakan pendekatan kultural di Bumi Cenderawasih terus diwariskan dari generasi ke generasi melalui jalur pendidikan.

"Keharmonisan di pemerintahan Papua juga tergambar dalam istilah satu tungku tiga batu," kata dia dalam diskusi virtual bertajuk "Religions education and the challenge of harmony in Papua and Cape-Town" di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Di Papua, agama merupakan bagian penting dalam sistem sosiokultural, masyarakat didasarkan pada prinsip "satu tungku tiga batu". Frasa "batu" meliputi pemerintah, adat, dan agama. 

Sedangkan "tiga batu" biasa didefinisikan dengan tiga agama, yaitu Islam, Kristen, dan Katolik.

Untuk menjaga prinsip tersebut, pola pendidikan yang diterapkan menjadi jalan penting bagi keberlangsungan harmonisasi di Tanah Papua."Melalui pendidikan, nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan atas dasar kemanusiaan diwariskan dan diajarkan kepada para generasi baru di Papua," kata dia.

Sementara itu, cendekiawan Afrika Selatan, Prof Nuraan Davids mengatakan Afrika Selatan memiliki hubungan sejarah dengan Indonesia salah satunya terkait kedatangan imigran asal Indonesia ke Afrika Selatan.

Dia mengatakan komunitas Muslim di Afrika Selatan khususnya di Cape Town mengambil contoh positif dari komunitas Muslim di Indonesia salah satunya di Papua. Hal itu dilatarbelakangi kedekatan sejarah yang cukup dekat.

"Komunitas Muslim dan kristen berbaur dengan baik, selain itu sudah ada kesadaran untuk menciptakan dialog antaragama. Bahkan, pernikahan antaragama juga memperkuat harmonisasi," ujar dia.

Sementara itu, antropolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Muhammad Ikhsan Tanggok, mengatakan toleransi dan harmonisasi antaragama di Papua terjadi dalam kehidupan sehari-hari hingga di institusi pendidikan.

Dia mengatakan tiga institusi pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan harmonisasi dan toleransi di Bumi Cenderawasih yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Yapis.

"Papua memiliki tradisi yang kental dengan toleransi, salah satunya adalah tradisi bakar batu," ujarnya. Tradisi bakar batu memiliki arti ungkapan terima kasih kepada tuhan dan simbol dari solidaritas yang kuat. Bakar batu juga dapat digunakan sebagai media damai antara kelompok yang berperang.  

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement