Rabu 18 Aug 2021 20:13 WIB

AS Bekukan Cadangan Devisa Pemerintah Afghanistan

Pembekuan dilakukan setelah Taliban menguasai ibu kota Kabul.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Taliban, mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai, kiri tengah, pemimpin senior kelompok Haqqani Anas Haqqani, kanan tengah, dan Abdullah Abdullah, kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan dan mantan perunding pemerintah dengan Taliban, kanan, bertemu di Kabul, Afghanistan, Rabu, 18 Agustus 2021.
Foto: Taliban via AP
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Taliban, mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai, kiri tengah, pemimpin senior kelompok Haqqani Anas Haqqani, kanan tengah, dan Abdullah Abdullah, kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan dan mantan perunding pemerintah dengan Taliban, kanan, bertemu di Kabul, Afghanistan, Rabu, 18 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Pemerintahan Amerika Serikat (AS) membekukan cadangan Pemerintah Afghanistan yang disimpan di rekening bank AS. Pembekuan dilakukan karena Taliban telah menguasai Kabul.

Dua orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Washington Post, Menteri Keuangan Janet Yellen bersama Kantor Pengawasan Aset Asing Departemen Keuangan, memutuskan membekukan rekening pada Ahad (15/8). Pembekuan ini dapat menutup akses ke Taliban.

Baca Juga

"Setiap aset Bank Sentral yang dimiliki pemerintah Afghanistan di Amerika Serikat tidak akan tersedia untuk Taliban," ujar seorang pejabat AS, dilansir Anadolu Agency, Rabu (18/8).

The Post, mengutip Dana Moneter Internasional (IMF), yang mencatat bahwa nilai Bank Sentral Afghanistan pada April sekitar 9,4 miliar dolar AS. Jumlah tersebut sekitar sepertiga dari output ekonomi tahunan Afghanistan.

Sebuah sumber mengatakan kepada The Post, sebagian besar cadangan devisa tidak disimpan di Afghanistan tetapi AS. Namun jumlah cadangan tersebut tidak diketahui.

Afghanistan adalah salah satu negara termiskin di dunia, yang telah lama dilanda perang. Afghanistan sangat bergantung pada bantuan AS dalam 20 tahun terakhir. Setelah menarik pasukan dari Afghanistan, AS berjanji akan tetap memberikan bantuan kepada rakyat Afghanistan.

"Kami memberikan bantuan ke beberapa negara, termasuk beberapa negara yang sangat sulit atau tidak ada hubungan  dengan pemerintah, di mana kami masih memberikan bantuan kepada masyarakat," ujar Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.

Jika Pemerintah AS telah mengonfirmasi keputusan untuk membekukan aset, maka ini langkah awal atas keputusan besar yang harus dihadapi AS atas jatuhnya Kabul ke tangan Taliban dengan cepat. Termasuk kaburnya Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di tengah sitiasi yang memanas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement