Selasa 17 Aug 2021 17:20 WIB

Taliban Serukan Perempuan Afghanistan Gabung Pemerintahan

Struktur pemerintahan yang bakal diterapkan Taliban belum sepenuhnya jelas

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Ribuan keluarga terlantar di satu taman di Kabul, Afghanistan, pada 11 Agustus 2021.
Foto: Anadolu Agency
Ribuan keluarga terlantar di satu taman di Kabul, Afghanistan, pada 11 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Taliban menyerukan kaum perempuan di Afghanistan bergabung dengan pemerintahannya. Itu merupakan komentar pertama Taliban terkait pemerintahan setelah mereka berhasil merebut kendali atas Afghanistan.

“Imarah Islam tidak ingin perempuan menjadi korban. Mereka harus berada dalam struktur pemerintah menurut hukum syariat,” kata anggota komisi budaya Taliban, Enamullah Samangani, pada Selasa (17/8), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Imarah Islam adalah nama yang digunakan Taliban untuk merujuk pada negara Afghanistan. Samangani mengungkapkan, struktur pemerintahan yang bakal diterapkan Taliban di Afghanistan belum sepenuhnya jelas. “Tapi berdasarkan pengalaman, harus ada kepemimpinan yang sepenuhnya Islami dan semua pihak harus bergabung,” ujarnya.

Baca juga : Akankah Taliban Lepas dari Mulut Harimau Masuk Mulut Buaya?

Taliban sepenuhnya menguasai Afghanistan pada Ahad (15/8). Hal itu terjadi setelah mereka menduduki ibu kota, yakni Kabul, dan istana kepresidenan. Ribuan warga Kabul berusaha melarikan diri setelah Taliban menguasai kota tersebut. Namun ada pula penduduk yang memilih bertahan.

Warga yang melarikan diri dari Kabul memiliki alasan sama, yaitu mereka enggan hidup di bawah kendali Taliban. Generasi yang lebih tua khususnya masih mengingat bagaimana Taliban menerapkan hukum syariat konservatif selama masa kekuasaannya pada 1996-2001.

Kala itu tak ada hak-hak sipil, termasuk untuk kaum perempuan. Sanksi seperti rajam, amputasi, dan eksekusi publik pun diterapkan oleh Taliban. Kekuasaan Taliban berakhir saat Amerika Serikat (AS) menginvasi negara tersebut pasca serangan teror terhadap gedung World Trade Center pada 11 September 2001. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement