Selasa 17 Aug 2021 14:56 WIB

Luput dari Sorotan, Bendera Taliban Bertuliskan Syahadat

Pemerintah Rusia dan China menyambut kepemimpinan Taliban di Afganistan.

Pemimpin senior Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar.
Foto: Istimewa
Pemimpin senior Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Salah satu yang hal yang jarang mendapat sorotan terkait keberhasilan Taliban mengambil alih pemerintahan Afghanistan, adalah bendera yang diusung para militan terlatih tersebut. Di mana-mana, pasukan Taliban selalu membawa bendera berwarna putih tersebut.

Dalam sejarahnya, bendera putih bertuliskan kalimat Syahadat disebut sebagai Al-Liwa. Bendera tersebut digunakan oleh Nabi Muhammad SAW pada masa awal berdirinya Islam.

Ketika berhasil menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan hingga membuat Presiden Ashraf Ghani kabur meninggalkan negaranya pada 15 Agustus 2021, pasukan Taliban langsung mengibarkan bendera berwarna putih bertuliskan lailahaillallah muhammadarrasulullah. Di Istana Presiden Afghanistan yang dikuasai, langsung dipasang pula bendera Taliban, sebagaimana diberitakan www.italy24new pada Senin (16/7).

Salah satu tokoh sentral Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar yang disebut-sebut akan menjadi Presiden Afghanistan berikutnya, bahkan sudah memasang bendera warna putih yang disebut sebagai panji Rasulullah di medan perang tersebut. Pun pasukan Taliban yang bertugas menjadi pembaca berita dalam acara di televisi lokal, juga memasang bendera khas tersebut di belakangnya saat siaran.

Seorang kolumnis Jinit Jain menulis di Opindia.com, bendera Taliban terdiri dari latar belakang putih dengan tulisan Syahadat Islam digambarkan di atasnya dalam warna hitam. Menariknya, hal tersebut sangat kontras dengan yang digunakan oleh ISIS yang benderanya berlatar belakang hitam dengan tulisan Syahadat Islam berwarna putih.

Baca juga : Kedutaan Rusia Jalin Kontak Kerja dengan Taliban

"Dengan perbuatan dan pernyataan mereka, baik Taliban dan ISIS mencirikan diri mereka sebagai pengikut dan pendukung Islam versi puritan. Kedua kelompok bersikeras bahwa mereka melakukan jihad Islam untuk membangun supremasi Islam di wilayah yang mereka kuasai," demikian Jinit Jain menulis di kolom tersebut.

Berbeda dengan negara Barat, yang memposisikan Taliban sebagai 'musuh', Rusia dan China menganggap pemerintahan baru sebagai sahabat. Dilaporkan Reuters, Duta Besar Rusia untuk Afghanistan memuji tindakan Taliban, yang masih secara resmi ditetapkan sebagai organisasi teroris di Rusia, telah membuat Kabul lebih aman dalam 24 jam pertama dibandingkan di bawah otoritas sebelumnya.

Komentar Duta Besar Dmitry Zhirnov mencerminkan upaya yang tersirat Rusia untuk memperdalam hubungannya yang telah terjalin dengan baik dengan Taliban.

Dilaporkan Financial Times, China mengatakan, akan menghormati 'pilihan' rakyat Afghanistan. Hal itu sebagai tanda pertama bahwa Beijing siap memberikan dukungan hati-hati kepada pemerintah yang dipimpin Taliban di Kabul.

"Situasi di Afghanistan telah mengalami transformasi besar dan kami menghormati keinginan dan pilihan rakyat Afghanistan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.

Taliban resmi berkuasa kembali di negaranya, setelah sebelumnya harus menyingkir serangan militer Amerika Serikat pada Oktober 2001. Militer Negeri Paman Sam menyerbu Afghanistan yang dikuasai Taliban dengan tudingan mereka melindungi Osama bin Laden, yang dikaitkan dengan tragedi WTC 11 September 2001.

Baca juga : Dubes Rusia Puji Taliban: Lebih Baik dari Ashraf Ghani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement