Selasa 17 Aug 2021 13:09 WIB

Guru TK Harus Mampu Bertahan pada Masa Pandemi

Sebanyak 1.000 guru TK mengikuti webinar internasional PGRI. 

Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) dan Asosiasi Profesi  Keahlian Sejenis (APKS) PGRI Provinsi DKI Jakartaa mengadakan webinar internasional  bertema tentang bagaimana sekolah bisa bertahan pada masa pandemi, Sabtu (14/8).
Foto: Dok IGTK
Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) dan Asosiasi Profesi Keahlian Sejenis (APKS) PGRI Provinsi DKI Jakartaa mengadakan webinar internasional bertema tentang bagaimana sekolah bisa bertahan pada masa pandemi, Sabtu (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) dan Asosiasi Profesi Keahlian Sejenis (APKS) PGRI Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan University  of  Sydney dan Universitas Hiroshima, Jepang mengadakan webinar internasional  bertema  “How Schools Survive During Pandemic Situation”, Sabtu (14/8).

Webinar internasional  yang dihadiri  oleh 1.000 Guru TK ini dibuka oleh Unifah Rosyidi, ketua umum PB PGRI. Ia    mengapresiasi terselenggaranya diskusi ini sebagai bentuk perhatian PGRI terhadap  keberlangsungan pendidikan pada  masa pandemi dan bagaimana para guru  bisa bersama memikirkan  solusi agar tidak terjadi loose generation (generasi yang hilang).

“Webinar internasional  ini tepat diadakan di tengah peringatan 76 tahun  kemerdekaan Republik Indonesia,” kata Ketua PGRI Provinsi DKI  Jakarta  Lalu Adi Dasmin seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Farida Yusuf, Ketua PP IGTKI berharap agar  guru-guru TK menjadi semakin termotivasi untuk terus meningkatkan profesionalismenya. 

Turut hadir sebagai narasumber Sumardiansyah Perdana Kusuma, ketua APKS PGRI  Provinsi DKI Jakarta. Dalam pemaparannya ia menegaskan bahwa guru harus terus berimajinasi secara kreatif dan inovatif guna menghadirkan pembelajaran yang  menyenangkan dan bermakna bagi anak-anak.

“Technological Pedagogical Content  Knowledge adalah kompetensi yang dibutuhkan guru ditengah  pandemi,” ujar Sumardiansyah.  

Menurut Eka Putri Handayani, praktisi PAUD dan sirektur Alifa Kids Centre, TK adalah PAUD berkualitas yang harus mampu bertahan pada masa pandemi. “Guru TK harus bangga dengan profesinya, terus  belajar dan menambah wawasan,  Pendidikan Anak Usia Dini yang patut dan layak ada di TK dan untuk Pendidikan  Anak Usia Dini guru TK adalah ahlinya,”  ujar Eka Putri Handayani.

Bagi Suhendri yang sedang menempuh pendidikan doktoral di Jepang, sekolah yang bertahan adalah sekolah-sekolah yang baik secara sistem, memiliki program yang berbeda, dan strategi pemasaran yang efektif. “Uniknya selama pandemi, pembelajaran di Jepang lebih menitikberatkan pada pendidikan karakter dan bersifat paper-based,” ungkap Suhendri.

Webinar internasional ini juga menampilkan narasumber dari luar yaitu David Evans dari Australia dan Norimure Kawaai dari Jepang. David memaparkan mengenai belajar dan bermain di masa pandemi harus dimulai dari tinjauan ulang terhadap cara belajar, kurikulum, dan tujuan yang akan dicapai.

“Perlu ada keleluasaan dalam penyelenggaraan pendidikan dengan melibatkan lingkungan belajar di rumah, sekolah, dan masyarakat, jelas David yang merupakan pakar pendidikan inklusi dari Universitas of Sydney,” ujar David.

Selanjutnya Norimune Kawaai, Guru Besar Pendidikan di Universitas Hiroshima membagi pengalaman betapa orang tua dan anak-anak di Jepang berada dalam kondisi stres dan  mereka kebingungan mengikuti pembelajaran di sekolah.

“Pemahaman dan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan harus dimiliki agar oleh semua, sehingga saat sekolah tatap muka dibuka semua bisa berbaur dengan aman dan nyaman,” tegas Kawaai. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement