Senin 16 Aug 2021 19:03 WIB

BNI Proyeksi Raup Laba Rp 9,5 Triliun pada 2021

Rasio kredit bermasalah BNI diproyeksikan di bawah empat persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan paparan kinerja BNI Smester I 2021 di Jakarta, Senin (16/8/2021). Laba bersih BNI tumbuh 12,8 persen secara YoY atau menjadi sebesar Rp5,0 triliun pada Semester I ? 2021, serta pencadangan yang terus diperkuat menjadi 215,3 persen sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan.
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan paparan kinerja BNI Smester I 2021 di Jakarta, Senin (16/8/2021). Laba bersih BNI tumbuh 12,8 persen secara YoY atau menjadi sebesar Rp5,0 triliun pada Semester I ? 2021, serta pencadangan yang terus diperkuat menjadi 215,3 persen sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menargetkan perolehan laba sekitar Rp 9 triliun hingga Rp 9,5 triliun hingga akhir tahun 2021. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan BNI telah merevisi target di tahun ini termasuk pertumbuhan kredit.

"Untuk laba ditargetkan Rp 9-9,5 triliun, untuk kredit kita sudah revisi yang sudah disampaikan ke OJK jadi 5-7 persen dari target 6-10 persen," katanya dalam Paparan Kinerja BNI Semester I 2021, Senin (16/8).

Royke mengatakan pertumbuhan kinerja ini juga akan tergantung dari sejumlah faktor. Namun ia melihat masih ada ruang untuk tumbuh di semester dua. Dengan tetap memperhatikan prudensial dan kualitas dari ekspansi.

Rasio kredit bermasalah atau NPL diproyeksikan di bawah empat persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga diproyeksikan akan tumbuh satu digit didukung oleh dana murah yang kuat. Diharapkan CASA bisa dipertahankan antara 65-68 persen. Sementara

"Hingga saat ini, seluruh proyeksi masih on the track," katanya.

Kredit yang disalurkan secara selektif hanya pada debitur berkualitas tersebut ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 4,5 persen (yoy) atau sebesar Rp 646,6 triliun. Dana murah atau CASA yang terhimpun semakin kuat.

Rasio CASA pada Juni 2021 tercatat mencapai 69,6 persen atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini, yaitu sebesar Rp 450,1 triliun atau tumbuh 11,5 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan DPK ini menjadi penyangga pertumbuhan aset sebesar 5,0 persen (yoy) atau mencapai Rp 875,1 triliun.

Pertumbuhan aset yang didominasi oleh dana murah ini merupakan salah satu pencapaian transformasi digital yang gencar dilakukan Perseroan dan telah mulai menunjukkan hasil. Dimana 70 persen dari CASA yang dihimpun merupakan kontribusi dari kinerja BNI Direct dan BNI Mobile Banking, dua dari tiga produk champion BNI dalam digitalisasi layanan perbankan.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement