Senin 16 Aug 2021 14:10 WIB

Prahara Kudeta Afghanistan Hingga Taliban Berkuasa  

Taliban pertama kali menguasai Afghanistan pada 1996

Taliban pertama kali menguasai Afghanistan pada 1996 .  Pejuang Taliban berhasil menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Ahad (15/8).
Foto: AP/Zabi Karimi
Taliban pertama kali menguasai Afghanistan pada 1996 . Pejuang Taliban berhasil menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Ahad (15/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Taliban kembali menguasai Afghanistan dengan jatuhnya ibu kota, Kabul ke tangan mereka sebagaimana dilaporkan, Senin (16/8).  Mereka juga telah menguasai istana kepresidenan, setelah presiden negara itu Ashraf Ghani melarikan diri ke Tajikistan.

Melalui akun resmi salah satu unit Taliban  mereka membagikan foto-foto menenai interior Istana Presiden yang tampaknya utuh, tetapi kosong dan ditinggalkan oleh pejabat Afghanistan. Sebuah video yang diposting di media sosial beberapa jam sebelumnya juga menunjukkan hal serupa. Para pejuang tiba di Istana Kepresidenan di Kabul.

Baca Juga

Taliban kembali menguasai Afghanistan. Kelompok militant ini pernah berkuasa di Afghanistan sejak berkuasa 1996 hingga digulingkan Amerika Serikat pada 2001 lalu melalui perang, atas dalih memburu dalang terorisme, Osama bin Laden. 

Baca juga : Hamid Gul, Sang Godfather of Taliban

Berikut ini rententan  kudeta yang terjadi di Afghanistan hingga berdirinya Taliban:  

 

1973: Raja Zahir Sah digulingkan lewat kudeta militer yang dipimpin sepupunya Muhammad Daud. Berakhirlah sistem monarki yang telah berlangsung selama dua abad di Afganistan. 

1978: Kudeta lagi. Presiden Daud tewas. Nur Muhamad Taraki menjadi presiden dewan revolusioner berhaluan komunis. Mujahidin pun memulai perlawanan bersenjata.

1979: Taraki terbunuh, Hafizzullah Amin menjadi presiden. Rombongan awal tentara Sovyet mendarat di Kabul, menguasai kota, dan merestui Babrak Kamal jadi presiden. Amin di eksekusi. 

1980: MU-PBB mendesak Sovyet menarik pasukannya. Mujahidin Afghanistan di Pakistan membangun aliansi dan mulai menerima bantuan senjata dari Pakistan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Mesir, China, dan pendukung lain.

1988: April, delegasi Sovyet, Amerika Serikat, Pakistan, dan Afghanistan menandatangani kesepakatan penarikan mundur tentara Sovyet dari Afghanistan di Jenewa. Batas waktunya, 15 Februari 1989. 

1992: Akhir Februari, pasukan terakhir Rusia diterbangkan dari Kabul. Majelis Syura memilih Sibghatullah sebagai presiden dan Abdurrab Rasul Sayyaf sebagai PM pemerintahan sementara. Masuk Maret, mujahidin beraksi lagi. Jalalabad diserbu untuk menjadi pusat pemerintahan pemberontak.

1992: Mujahidin merebut Kabul dan mendudukkan Mojadidi sebagai presiden. Sebulan kemudian, Burhanudin Rabbani menggantikannya. 1993: Korban tewas akibat pertempuran berkepanjang antara faksi Ahmad Shah Mas'ud, Galbudin Hekmatyar, dan Rabbani mencapai 10 ribu.

1994: Kabul ditinggalkan penduduk sipil lantaran pendukung PM Hekmatyar dan Presiden Rabbani tak kunjung berhenti bertempur.

1994: Agustus, Mulah senior dari Kadahar, Mohammed Omar Akhun, mendirikan Taliban. 

1995: Februari, Taliban sampai ke gerbang Kabul. Mereka akhirnya digempur habis bala tentara Rabbani. Ini menjadi kekalahan telak bagi Taliban selama perjuangannya.

1996: 3 April, sekitar seribu ulama sepakat mengangkat Ketua Taliban Mullah Mohammed Omar sebagai Amirul Mukminin dan menghujat Rabbani sebagai tak patut memimpin bangsa Islam. 

1996: 1 Juni, Taliban menguasi Ghor, kota penting di Afghanistan tengah, 26 Juni, Kabul kembali dihujani roket Taliban,  September, Taliban merebut Jalalabad, kota utama Afganistan timur.  22 September, Kunar, kota terakhir di Afghanistan timur berhasil dirampas Taliban.

Baca juga: Soal Mural Jokowi, Seniman: Kami tidak Bisa Dibungkam

Sementara itu 25 September, Taliban menduduki Sarobi, kota di timur Kabul, dan bergerak menuju pangkalan militer Bagram, 25 kilometer dari ibukota. 26 September, Kabul akhirnya jatuh ke tangan Taliban. Presiden Najibullah langsung digantung. Nasib serupa dialami kakaknya, Shapur Ahmadzai. 

Hari itu juga Afghanistan diproklamirkan sebagai negara Islam baru. 28 September, Dua orang kuat pemerintah Najibullah digantung pula. Sementara PM Rabbani dan para penasehatnya buron. Di PBB, Rusia dmenyatakan keprihatinannya atas situasi di Afghanistan. Akhir Desember, kehidupan rakyat Afghanistan terus membaik.   

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement