Senin 16 Aug 2021 12:18 WIB

Semester 1, Pertamina Catat Laba Positif Rp 2,6 Triliun

Kinerja positif didorong dari pertumbuhan di sisi penjualan mencapai 25 miliar dolar

PT Pertamina (Persero) berhasil melewati tantangan semester 1 tahun 2021 dengan membukukan laba sebesar 183 juta dolar AS atau setara dengan Rp 2,6 triliun.
Foto: Pertamina
PT Pertamina (Persero) berhasil melewati tantangan semester 1 tahun 2021 dengan membukukan laba sebesar 183 juta dolar AS atau setara dengan Rp 2,6 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) berhasil melewati tantangan semester 1 tahun 2021 dengan membukukan laba sebesar 183 juta dolar AS atau setara dengan Rp 2,6 triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun 2020 dimana perusahaan sempat mengalami kerugian sebesar 768 juta dolar AS, maka Pertamina berhasil meningkatkan laba sebesar 951 juta dolar AS atau setara dengan Rp 13,6 Triliun.

Kinerja positif pada paruh pertama tahun 2021 ini didorong dari pertumbuhan di sisi penjualan yang mencapai 25 miliar dolar AS dan EBITDA 3,3 miliar dolar AS, dimana keduanya naik lebih dari 22 persen dibandingkan tahun lalu.

Baca Juga

Pjs Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman, menjelaskan dampak pandemi yang berkepanjangan masih sangat dirasakan Pertamina sepanjang tahun 2021. Fluktuasi harga minyak mentah sangat berpengaruh pada kinerja Pertamina. Indonesia Crude Price (ICP) meningkat hampir dua kali lipat dari 36,5 dolar AS per Juni 2020 dibanding 70,06 dolar AS per Juni 2021.

Peningkatan pendapatan dan laba dari sektor hulu

Produksi Hulu migas Pertamina mencapai target sebesar 850 ribu BOEPD. Dengan kenaikan ICP serta efisiensi pada biaya pengembangan dan biaya produksi, sektor Hulu mencatat pendapatan dan laba di atas target.

Peningkatan volume penjualan BBM

Dari sisi penjualan di hilir, permintaan BBM berangsur pulih walaupun masih lebih rendah dari kondisi normal sebelum pandemi Covid-19. Sampai dengan Juni 2021, demand BBM rata-rata tercatat 126 ribu kiloliter (KL) per hari, atau meningkat sekitar delapan persen dari Juni 2020 yang sekitar 116 ribu KL per hari. Namun angka tersebut masih lebih rendah sekitar enam persen dari demand normal sebelum pandemi di tahun 2019.

Pertamina tidak menaikkan harga BBM walaupun ICP naik tajam

"Tingginya harga minyak memberikan tekanan signifikan atas beban pokok produksi BBM, walaupun demikian sampai saat ini Pertamina tidak menaikkan harga BBM karena pertimbangan penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19. Sementara badan usaha BBM lainnya telah beberapa kali menaikkan harga jual BBM-nya sejak awal tahun 2021.  Tentu saja Pendapatan dan Laba dari sektor Hilir menjadi cukup tertekan, namun ini merupakan salah satu bentuk kontribusi Pertamina untuk membantu masyarakat di tengah pandemi Covid-19," ungkap Fajriyah, dalam siaran persnya, Senin (16/8).

Efisiensi biaya dan revenue enhancement untuk meningkatkan kinerja perusahaan

Dalam menghadapi situasi yang penuh tantangan ini. Lanjut Fajriyah, direksi, komisaris dan pekerja pertamina tidak tinggal diam dan terus melakukan langkah-langkah strategis untuk peningkatan pendapatan (revenue enhancement) dan juga efisiensi (cost leadership) di seluruh lini.

Upaya revenue enhancement sebagai tambahan menopang pendapatan perusahaan, tutur Fajriyah, Pertamina mendorong seluruh Subholding dan anak usaha memperkuat kinerja operasional, di antaranya melalui:

- Peningkatan produksi dan lifting serta peningkatan monetisasi gas di seluruh Wilayah Kerja (WK) sektor Hulu Migas termasuk akselerasi rencana kerja yang agresif dan masif di WK Rokan yang per 9 Agustus 2021 telah dikelola oleh Pertamina.

- Optimasi produksi di kilang dengan produk bernilai tinggi dan meningkatkan penjualan produk kilang dan petrokimia baik di dalam negeri maupun ekspor ke pasar luar negeri.

- Akselerasi pembangunan PLTS baik di lingkungan Pertamina maupun pasar eksternal serta memperkuat ekosistem baterai melalui aktivasi swapping & charging EV Battery di SPKLU yang terintegrasi dengan SPBU.

- Akselerasi komersial LNG dan optimalisasi infrastruktur Arun sebagai pusat distribusi di kawasan Asia.

- Peluang tambahan revenue atas penyewaan kapal dan jasa logistik ke eksternal Pertamina untuk cargo LPG, BBM serta Petrokimia.

Sedangkan untuk program efisiensi, Pertamina dengan serius  berkomitmen melakukan berbagai optimalisasi, di antaranya melalui:

- Reformasi pola operasi supply chain crude, BBM dan LPG. 

- Regionalisasi di Subholding Upstream dari tahap perencanaan sampai eksekusi untuk optimasi sharing resources.

- Fleksibilitas pengadaan crude untuk meningkatkan Gross Refining Margin.

- Preventive maintenance di seluruh Kilang.

- Sentralisasi procurement.

- Penurunan losses dengan menerapkan digitalisasi.

- Implementasi new ways of working (agile working).

Pertamina mendukung Pemerintah dalam penanggulangan Covid-19

"Meskipun dalam kondisi yang berat, pelayanan Pertamina kepada masyarakat tetap dijalankan dengan baik. Dukungan kepada Pemerintah dalam penanggulangan Covid-19 juga tidak pernah terhenti. Melalui pembangunan 3 RS Modular Darurat (Patra Comfort, Simprug dan Tanjung Duren) dan pengoperasian RS Ekstensi Asrama Haji Pondok Gede, berhasil menambah hampir 1.000 bed perawatan. Angka ini belum termasuk pengoperasian RS rujukan Covid yang tersebar di seluruh Indonesia oleh Pertamina Bina Medika," tegas Fajriyah.   

Sejak pandemi merebak hingga saat ini, memang Pertamina Group telah menggelontorkan triliunan rupiah untuk membantu masyarakat menghadapi pandemi. Bhakti nyata BUMN Energi ini juga termasuk bantuan 315 ventilator untuk 30 RS serta dengan terlibat langsung dalam percepatan penyaluran lebih dari 4.300 ton oksigen medis untuk 366 rumah sakit yang tersebar di sembilan provinsi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement