Senin 16 Aug 2021 11:36 WIB

Iran Siapkan Kamp Pengungsi di Perbatasan Afghanistan

Kamp telah dibangun di daerah perbatasan di tiga provinsi Afghanistan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Keluarga pengungsi internal dari provinsi utara, yang melarikan diri dari rumah mereka karena pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, berlindung di sebuah taman umum di Kabul, Afghanistan, 14 Agustus (dikeluarkan 15 Agustus).
Foto: EPA-EFE/HEDAYATULLAH AMID
Keluarga pengungsi internal dari provinsi utara, yang melarikan diri dari rumah mereka karena pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, berlindung di sebuah taman umum di Kabul, Afghanistan, 14 Agustus (dikeluarkan 15 Agustus).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengatakan pada Ahad (15/8) telah menyiapkan akomodasi di tiga provinsi yang berbatasan dengan Afghanistan. Akomodasi tersebut untuk memberikan perlindungan sementara kepada warga Afghanistan yang melarikan diri ketika Taliban memasuki ibu kota Kabul.

“Kamp telah dibangun di daerah perbatasan di tiga provinsi,” kata pejabat Kementerian Dalam Negeri Hossein Qasemi kepada kantor berita negara Iran, IRNA.

Baca Juga

"Kami mengharapkan para pengungsi Afghanistan untuk kembali ke rumah mereka, ketika situasi membaik di Afghanistan," kata Qasemi menambahkan.

Selama bertahun-tahun, Iran telah menjadi tujuan bagi warga Afghanistan yang mencari pekerjaan atau melarikan diri dari perang. Namun keadaan ekonomi Iran yang semakin memburuk, membuat negara tersebut meminta kepada lebih dari 2 juta pengungsi Afghanistan untuk kembali ke rumah mereka.

Pada Ahad, warga Afghanistan mulai panik karena Taliban telah mendekat ke Kabul. Mereka mulai mengantri di ATM untuk menarik seluruh uang tabungan.

Selain itu, sebagian besar warga sipil bergegas meninggalkan Afghanistan melalui bandara Kabul. Penerbangan adalah satu-satunya cara bagi warga sipil Afghanistan untuk melarikan diri ke luar negeri.

Taliban sekarang telah menguasai setiap penyeberangan perbatasan. NATO mengatakan, pihaknya membantu mempertahankan operasi di bandara Kabul untuk menjaga Afghanistan tetap terhubung dengan dunia.

Seorang mahasiswa Afghanistan, Aisha Khurram (22 tahun) merasa dikhianati ketika dia menyaksikan staf kedutaan besar AS dievakuasi. Menurutnya, AS telah mengecewakan generasi muda Afghanistan yang berharap dapat hidup di negara mereka dengan damai. Kini, dengan situasi yang semakin memanas, Khurram pesimis bisa segera lulus kuliah dalam dua bulan mendatang.

“Anda mengecewakan generasi muda Afghanistan.  Sebuah generasi yang dibesarkan di Afghanistan modern berharap untuk membangun negara dengan tangan mereka sendiri.  Mereka mencurahkan darah, upaya, dan keringat ke dalam apa pun yang kita miliki saat ini," ujar Khurram.

AS memutuskan mengirim ribuan tentara untuk membantu mengevakuasi staf kedutaan.  Helikopter militer tampak terbang bolak-balik antara kompleks kedutaan AS dan bandara. Penerbangan dimulai beberapa jam setelah Taliban merebut kota Jalalabad.

Para pejabat Afghanistan mengatakan, Taliban merebut ibu kota provinsi Maidan Wardak, Khost, Kapisa dan Parwan pada Ahad. Taliban juga merebut perbatasan darat di Torkham. Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmed mengatakan kepada penyiar lokal Geo TV bahwa  Pakistan menghentikan lalu lintas lintas perbatasan di sana setelah militan Taliban merebutnya.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement