Senin 16 Aug 2021 06:34 WIB

Jangan Sebut Nabi Adam Alaihissalam Berdosa, Ini Alasannya 

Para nabi adalah mashum terjaga dari dosa karena dimaafkan Allah SWT

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Para nabi adalah mashum terjaga dari dosa karena dimaafkan Allah SWT. Ilustrasi Surga
Foto: Pixabay
Para nabi adalah mashum terjaga dari dosa karena dimaafkan Allah SWT. Ilustrasi Surga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Allah SWT memerintahkan Nabi Adam AS dan Hawa turun ke bumi setelah melanggar larangan memakan buah khuldi di surga.  

Dalam surat Al Baqarah 36 Nabi Adam diperintahkan Allah SWT turun dari surga menuju dunia yang fana. 

Baca Juga

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

“Lalu keduanya digelincirkan setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." 

 

Ada pendapat bahwa sebagai nabi yang ma’shum (terjaga dari dosa) tidak boleh mengatakan Nabi Adam telah berbuat dosa hingga akhirnya Allah SWT keluarkan dari surga. 

Benarkah kita dihukumi dosa jika kita mengatakan Nabi Adam dikeluarkan dari surga karena dosanya telah memakan buah khuldi? 

Menurut pendakwah Ustadz Rafiq Jauhary Lc, para ulama telah mengeluarkan ijmak bahwa seluruh Nabi adalah ma’shum. Ma’shum artinya adalah terhindar dari kesalahan.  

"Tentang kma’shuman ini ada di antara ulama yang berkeyakinan bahwa para Nabi terhindar dari kesalahan besar, namun tidak dari kesalahan kecil," kata Ustadz Rafiq Jauhary saat diminta pendapatnya belum lama ini. 

Namun pendapat yang masyhur adalah para Nabi terhindar dari kesalahan baik besar maupun kecil. Para Nabi memang ada kalanya berbuat kesalahan, karena para Nabi pun manusia seperti biasa yang memiliki sifat salah dan lupa. 

"Namun bentuk kema’shumannya adalah kesalahan para Nabi ini segera ditegur dan kemudian memohon ampun, taubat," ujarnya. 

Ustadz Rafiq yang merupakan alumni Darul Hadits Al-Ghomidy, Awaly, Makkah ini menyampaikan, bahwa Nabi Adam pernah berbuat kesalahan kemudian bertaubat dengan doa.  

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ “Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al Araf 23). 

Nabi Yunus pernah berbuat kesalahan kemudian bertaubat dengan doa: 

لا اله الا انت سبحانك اني كنت من الظالمين “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim” (QS Al Anbiya 87) 

Nabi Muhamad pun pernah berbuat kesalahan saat mengabaikan Abdullah Ummi Maktum, kemudian turun lah surat Abasa.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement