Sabtu 14 Aug 2021 02:27 WIB

WHO Desak China Berikan Data Mentah Kasus Awal Covid-19 

Laporan WHO menyebut virus corona kemungkinan berasal dari kelelawar.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Agus Yulianto
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus
Foto: EPA
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak China untuk membagikan data mentah dari kasus awal virus korona, yang pertama kali muncul di pusat kota Wuhan. WHO pada Kamis (12/8) mengatakan, sangat penting untuk memahami asal-usul virus untuk mencegah pandemi di masa depan. 

Sebuah tim ilmuwan dari WHO melakukan kunjungan ke Wuhan pada Januari tahun ini, sebagai bagian dari misi untuk melacak asal-usul virus korona. Mereka merilis laporan pada Maret lalu. Namun laporan itu tidak menarik kesimpulan tegas tentang apa yang telah terjadi.

Laporan tersebut mencantumkan sejumlah hipotesis, yaitu virus korona kemungkinan berasal dari kelelawar yang kemudian menular ke manusia. Sementara teori virus korona bocor dari laboratorium sangat tidak mungkin.

Laporan tersebut mendorong seruan baru untuk penyelidikan lebih dalam tentang asal-usul virus. Selain itu, China diminta lebih transparan untuk memberikan data tentang virus tersebut.

Bulan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengusulkan, tahap kedua penyelidikan, untuk memasukkan studi lebih lanjut di China serta audit laboratorium. Teori kebocoran laboratorium telah membuat China geram. Cina mendesak, WHO untuk melakukan penyelidikan yang diperluas ke negara lain.

"WHO menegaskan kembali bahwa pencarian asal-usul SARS-CoV-2 tidak boleh menjadi tindakan untuk saling menyalahkan, saling menuding, atau menyalahkan secara politis,” ujar WHO, dilansir Aljazirah, Jumat (13/8).

“Sangat penting untuk mengetahui bagaimana pandemi Covid-19 dimulai, untuk memberi contoh dalam menetapkan asal-usul semua peristiwa yang penularannya berasal dari hewan ke manusia di masa depan,” kata WHO menambahkan.

WHO mengatakan, China dan sejumlah negara anggota lainnya telah mengusulkan penyelidikan fase kedua. Selain itu, mereka juga meminta agar dilakukan studi lebih lanjut dari hipotesis bahwa asal usul virus korona berasal dari kebocoran laboratorium. 

“Saat meninjau laporan studi fase satu, WHO menetapkan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk mengesampingkan hipotesis apa pun. Oleh karena itu, penting untuk memiliki akses ke semua data. WHO hanya fokus pada sains, memberikan solusi dan membangun solidaritas," kata WHO.

Wuhan adalah rumah bagi dua laboratorium penelitian dengan keamanan tinggi. Institut Virologi Wuhan diketahui melakukan penelitian tentang kelelawar.

Ilmuwan Denmark Peter Ben Embarek, yang memimpin penyelidikan tim WHO ke Wuhan, mengatakan, seorang pekerja laboratorium yang terinfeksi saat mengumpulkan sampel di lapangan adalah salah satu hipotesis yang mungkin tentang penyebaran virus dari kelelawar ke manusia. Dia mencatat bahwa, kelelawar yang dicurigai membawa virus bukan berasal dari daerah sekitar. Satu-satunya orang yang mungkin dekat dengan kalelawar tersebut adalah para peneliti laboratorium Wuhan.

"Mencari asal-usul virus baru adalah tugas ilmiah yang sangat sulit dan membutuhkan waktu. WHO berkomitmen untuk mengikuti sains, dan kami meminta semua pemerintah untuk mengesampingkan perbedaan dan bekerja sama untuk menyediakan semua data dan akses yang diperlukan sehingga rangkaian studi berikutnya dapat dimulai segera mungkin," ujar WHO. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement