Jumat 13 Aug 2021 19:27 WIB

BTN Terapkan Sistem Ekonomi Sirkular pada Sektor Perumahan

Penerapan ekonomi sirkular akan membawa dampak positif bagi keberlangsungan alam.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo.
Foto: Dok BTN
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menilai praktik sistem ekonomi sirkular tengah menjadi tren global. Hal ini seiring makin terbatasnya sumber daya alam yang tersedia karena tidak bisa diperbaharui.

Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan penerapan sistem ekonomi sirkular akan membawa dampak positif bagi keberlangsungan alam dan lingkungan. “Sistem ekonomi linear atau tradisional yang saat ini masih dominan diterapkan oleh pelaku usaha akan mengancam keberlangsungan bisnis dan lingkungan, karena sifatnya hanya mengambil sumber daya yang ada, membuat produk digunakan konsumen, selanjutnya dibuang setelah digunakan,” ujarnya saat Seminar Virtual bertema Ekonomi Sirkular: Aktivitas yang Menguntungkan Menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang digelar oleh Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) secara virtual, Jumat (13/8).

“Selain membuat volume limbah terus meningkat, bahan baku yang digunakan akan makin minim dan mendatangkan kenaikan harga produk. Akibatnya masalah keberlanjutan bisnis dan lingkungan pun terancam,” lanjut Haru.

Haru menjelaskan berbeda dengan sistem ekonomi sirkular, limbah produk bisa di-recycle atau di-reused, baik produksi barang yang sama, maupun sebagai bahan baku pada industri lain. Selain itu sistem hijau ini juga dapat memberikan multiplier effect terhadap penciptaan bisnis dan lapangan kerja baru sehingga akan mendorong pertumbuhan investasi. 

“Terdapat risiko yang tinggi pada semua sektor bisnis bila terus menerapkan sistem ekonomi linear. Risiko bagi semua adalah ancaman perubahan iklim (climate change) yang membuat kian meningkatnya ketidakpastian bagi bisnis dan lingkungan alam,” ungkapnya.

Maka itu dia meyakini penerapan ekonomi sirkular bukan hanya bagus terhadap lingkungan society tetapi juga secara ekonomi dan dunia usaha agar bisa sustain secara jangka panjang. “Persoalan kepastian sustainability kini mulai menjadi pertimbangan penting perbankan dalam penyaluran pembiayaan. Ekonomi sirkular memang masih relatif baru perbankan, tapi sebelumnya kita sudah diperkenalkan dengan standar environmental, social and good governance (ESG). Saya kira prinsipnya relatif sama, dengan begitu prinsip ekonomi sirkular bisa masuk kriteria dalam pengelolaan aset perbankan, ini yang penting,” ungkapnya.

Menurutnya pengelolaan aset dimaksud termasuk dalam pemberian kredit dan pembiayaan perbankan. “Kalau itu kita masukan maka kita bisa mendorong kemana sektor industri yang kita bisa promosikan (untuk mendapat kredit) dan kemungkinan sektor industri yang kemungkinan kita hindari,” ucapnya.

Dia mencontohkan sektor yang masih menggunakan unrenewable energy salah satu yang perlu dihindari perbankan. Menurutnya perseroan secara operasional menerapkan konsep green dengan memperhatikan faktor people dan planet. 

“Misalnya meminimalkan penggunaan kertas. Secara perlahan kita mengarah mengarah ke sistem digital terutama pada proses operasional yang masih dimungkinkan tidak menggunakan paper work,” ucapnya.

Langkah lain menurut Haru mendorong para developer untuk menerapkan ekonomi sirkular tadi dengan cara mensyaratkan developer mengikuti kelayakan rumah yang ramah lingkungan saat membangun, misalnya tidak membangun di lingkungan yang tidak aman seperti bantaran sungai atau dekat dengan tempat pembuangan sampah dan sebagainya. 

“Jadi kualitasnya juga lebih bagus,” ucapnya.

Kemudian tidak ketinggalan, lanjut dia, BTN menggulirkan program penanaman satu rumah satu pohon kepada developer yang menjadi mitra BTN demi menciptakan lingkungan udara dan lingkungan yang lebih sehat. BTN juga aktif mendorong masyarakat menerapkan energi hijau melalui penggunaan kompor induksi yang menggunakan energi terbarukan. 

“Hal ini sudah dicanangkan pada rumah dan apartemen sederhana yang dibiayai BTN. Pembeli apartemen menengah ke bawah kita berikan subsidi kompor induksi secara gratis, sementara PLN membebaskan biaya pasangnya,” katanya.

BTN juga berupaya untuk me-recycle rumah-rumah KPR second, atau dengan memanfaatkan kembali rumah-rumah yang dilepas, ditinggalkan atau dijual oleh pemilik lama kemudian dilelang, sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat lain yang belum memiliki rumah.  

“Masyarakat kita banyak yang belum punya rumah sisi lain banyak stok rumah yang kosong, makanya kita upayakan bagaimana itu bisa utilisasi bagi masyarakat yang membutuhkan. Ini pekerjaan yang secara langsung ada di depan BTN sebagai bank yang fokusnya pada pembiayaan rumah,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement