Jumat 13 Aug 2021 11:07 WIB

Covid-19 Delta Menyebar, AS Pertimbangkan Vaksin Booster

AS mencatat kenarikan kasus Covid-19 dan rawat inap RS

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Vaksin Covid 19 (ilustrasi)
Foto: PxHere
Vaksin Covid 19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan merekomendasikan dosis ketiga vaksin Covid-19 atau vaksin booster bagi orang yang sudah divaksinasi. Pertimbangan itu diambil setelah virus corona varian delta yang mudah menular menyebar dengan cepat pada orang yang belum divaksin.

"Kami yakin cepat atau lambat anda akan membutuhkan booster untuk ketahanan," kata pakar penyakit menular pemerintah AS, Dr Anthony Fauci, dikutip Aljazirah, Jumat (13/8).  

Baca Juga

"Kami mengevaluasi hal ini dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, melihat berbagai angka penelitian, baik penelitian di dalam maupun luar negeri, kami siap untuk akhirnya melakukannya," kata direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS itu.

Saat ini, hampir seluruh negara di dunia mengalami wabah virus corona varian delta. Varian yang dua kali lipat lebih menular dari virus corona varian asli itu telah terdeteksi di 117 negara.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS mengatakan tingkat penularan di lebih dari 90 persen wilayah di AS meningkat. Pada Rabu (11/8) lalu, CDC melaporkan 132.384 kasus infeksi baru. Hari ketujuh angka kasus infeksi di atas 113 ribu. Naik 24 persen dibandingkan rata-rata tujuh hari sebelumnya.

Angka rawat inap di rumah sakit sekitar 9.700 per hari, naik 31 persen dari pekan sebelumnya. CDC mengatakan sekitar 97 persen pasien yang membutuhkan perawat di rumah sakit belum divaksin.

"Kami sedang menghadapi wabah global varian delta," kata Fauci.

Badan Obat-obatan dan Makanan AS (FDA) sedang bekerja sama dengan produsen vaksin Pfizer dan Moderna untuk menyetujui vaksin booster bagi masyarakat yang sistem kekebalan tubuhnya lemah.

Baca juga : Kesederhanaan Ibu PM Norwegia Pukau Muslimah Indonesia

"Data menunjukkan beberapa orang tertentu memiliki gangguan imun, penerima transplantasi organ dan sejumlah pasien kanker mungkin tidak memiliki respon imun yang cukup bila hanya menerima dua dosis vaksin Covid-19," kata direktur CDC Dr Rochelle Walensky.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pemberian vaksin booster dihentikan hingga seluruh populasi di dunia menerima vaksin. Pemerintah AS mengatakan dalam beberapa hari ke depan AS mulai mengirimkan gelombang pertama dari 500 juta dosis vaksin Pfizer ke negara-negara lain seperti yang dijanjikan sebelumnya.

"Jika dan ketika keputusannya sudah diambil, kami sedang siapkan, kami memiliki pasokannya dan masyarakat dapat vaksin booster dengan cara yang efesien dan cepat, bila dan ketika ilmuwan telah menentukannya," kata koordinator respon virus korona Gedung Putih, Jeffrey Zients.

Penerimaan vaksin di Florida dan Texas yang dipimpin gubernur dari Partai Republik rendah. Zients mengatakan dua negara bagian itu menyumbang 40 persen kasus rawat inap di seluruh AS.

"Di luar sana banyak orang yang mencoba mengubah kebijakan keselamatan publik, seperti memakaikan masker pada anak-anak di sekolah sehingga mereka bisa aman, menjadi perselisihan politik," kata Presiden Joe Biden dalam pidatonya di Gedung Putih.

"Ini bukan tentang politik, ini tentang menjaga anak-anak agar tetap aman," tambahnya.

Gubernur Florida Ron DeSantis mencegah distrik sekolah Florida memberlakukan wajib masker. Ia kerap mencela respon virus corona pemerintah Biden.

"Entah kami masyarakat bebas atau kami memiliki kondisi keamanan biomedis," kata DeSantis dalam konferensi pers pekan lalu.

Ia menambahkan tidak ingin mendengar apapun tentang Covid-19 dari Biden. Sementara Jerman mulai menawarkan vaksin booster pada bulan September mendatang.

Pemerintah AS mengambil sejumlah langkah yang mewajibkan jutaan personel militer dan pemerintah federal AS untuk divaksin. Pada awal September mendatang Departemen Pertahanan AS mewajibkan 1,7 juta personil militer yang aktif untuk divaksin. Biden memerintahkan empat juta pegawai pemerintah federal untuk divaksin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement